Bencana Terjadi Tidak Terlepas dari Penguasa yang Dzalim, Saatnya Umat Islam Bersatu!! -->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Bencana Terjadi Tidak Terlepas dari Penguasa yang Dzalim, Saatnya Umat Islam Bersatu!!

Jumat, 25 Juni 2021 | Juni 25, 2021 WIB | 0 Views Last Updated 2021-06-25T04:43:31Z

Wanheart News - Kezaliman adalah sebab utama datangnya sebuah bencana di suatu negeri atau sebuah kota, Maraknya korupsi, perzinahan, penipuan, pembunuhan terhadap orang tak berdosa bahkan penangkapan oleh penguasa kepada para mujahid pembela kebenaran dan para ulama’ yang ingin menegakkan syariat Allah SWT dimuka bumi ini, menjadikan Allah SWT semakin murka dan akan memberlakukan ketentuanya yaitu mendatangkan sebuah peringatan dengan menghancurkan desa atau kota. Berupa banjir, gempa bumi, tanah longsor, tsunami dan berbagai macam bentuk musibah lainya.

Kezaliman dan rusaknya penguasa negeri adalah sebab utama datangnya adzab Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apabila para penguasa dan para ulama sudah tidak lagi perduli dengan maraknya kemungkaran dan kemaksiatan yang menyebar di tengah-tengah umat, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat dan negara bahkan para pembesar negeri hidup mewah serta gemerlap dan didukung oleh ulama’nya.

وَاِذَآ اَرَدْنَآ اَنْ نُّهْلِكَ قَرْيَةً اَمَرْنَا مُتْرَفِيْهَا فَفَسَقُوْا فِيْهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنٰهَا تَدْمِيْرًا

Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang yang hidup mewah di negeri itu (agar menaati Allah), tetapi bila mereka melakukan kedurhakaan di dalam (negeri) itu, maka sepantasnya berlakulah terhadapnya perkataan (hukuman Kami), kemudian Kami binasakan sama sekali (negeri itu).

Terkait turunnya azab tersebut, cukup diambil dua kata kunci pada ayat ini, yakni: mutrafiha (pembesar) dan fafasaqu fiha (durhaka). Mutraf, mutarafun, adalah kaum jetset, borjuis, pembesar yang bergelimang harta dan hobi berfoya-foya. Derajat sosial yang tinggi dan serba berkecukupan membuat mereka bebas melakukan apa saja.

Sementara kata “fa fasaqu fiha”, menunjukkan betapa kaum mutarin tadi telah terjerumus kepada kefasikan, kemaksiatan, kedurhakaan. Hal demikian karena pada umumnya, nafsu dan syahwat sangat mendominasi pola hidup mereka, sehingga cenderung abai terhadap kewajibannya sebagai pemimpin, sebagai orang gedean yang mesti memberi contoh kesalehan kepada umat. Di kepala mereka, nafsu hedonis lebih utama ketimbang menunaikan amanah.

Beberapa kata dalam ayat kaji ini penting dianalisis. Pertama, kata qaryah, artinya: perkampungan atau bangsa. Kata ini menunjukkan ruang tertentu, daerah atau negeri tertentu, tidak bias dan umum. Jadi azab yang menimpa pada suatu daerah, negeri, pasti terkait dengan kesalahan pembesar negeri tersebut. Tidak mungkin azab yang menimpa suatu negeri karena kedurhakaan pembesar negeri lain.

Kedua, “amarna” mutrafiha. Qira’ah lain, “ammarna” pakai tasydid. Amara, artinya memerintahkan, menyuruh. Sedangkan “ammara”, artinya menguasakan. Allah memberi negeri tersebut penguasa yang mutrafin. Jadi, salah satu tanda ketidak sukaan Tuhan terhadap suatu negeri, yaitu ketika Allah memberi mereka pemimpin yang mutrafin. Pengertian pemimpin mutrafin tidak saja tertumpu kepada top leader, presiden, melainkan juga pada para pembantunya, menteri dan sebagainya. Kadang bupatinya bagus, tapi para kepala bagiannya brengsek.

Jika pemimpin dan penguasa seperti itu sifatnya, maka semua urusan akan jungkir balik. Akibatnya, pembohong dipercaya, orang jujur didustakan, penghianat diberi amanat, orang terpercaya dihianati dan didustakan, orang bodoh berbicara, orang alim dipenjara dan dilarang bicara. Kondisi ini persis seperti yang diriwayatkan dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, “Sesungguhnya di antara tanda-tanda kiamat ialah ilmu diangkat dan tersebarnya kebodohan.” (Muttafaq ‘Alaih dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu)

Semoga Allah memberikan kepada kita para pemimpin yang takut kepada Allah dan memiliki sifat amanah, mengasihi rakyat dan tidak suka hidup mewah, menegakkan kebenaran dan menghancurkan kebatilan, cinta syariat dan anti khianat. 

Tapi Itu tidak mudah butuh sebuah perjuangan dan pengorbanan untuk mencapainya. "Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga kaum itu merubahnya sendiri". Jadi jelas sudah saatnya umat islam bersatu untuk memerangi kedzaliman dinegeri ini oleh penguasa yang haus kekuasaan dan menghalalkan segala cara. 

Dengan bersatunya umat isalam maka kita akan kuat untuk melawan kedzaliman terhadap rakyat wabilhusus terhadap umat islam yang semakin dijajah  dengan gaya baru. Semoga Allah meridhoi perjuangan kita. Amiin, yaa Rabbal ‘alamin.

WN

×
Berita Terbaru Update
close