Wanheart News - Isu mengenai perlindungan data pribadi kembali ramai menjadi perbincangan di media sosial. Kali ini, akun bernama @recehvasi mengingatkan tentang bahayanya berbagi data ke pihak lain.
Dalam kicauannya, akun tersebut menggunggah sebuah screenshot yang kemungkinan besar berasal dari tangkapan layar di Facebook, tapi belum diketahui asalnya. Foto itu hanya berisikan penawaran untuk foto selfie dengan KTP.
"Data dan fotomu bisa dijual oleh orang-orang tidak bertanggungjawab. Waspadalah!" tulis akun @recehvasi. Unggahan itu pun menuai beragam reaksi dari warganet di Twitter.
Banyak dari warganet yang mengaku kaget dengan temuan semacam ini. Padahal sebagai informasi, verifikasi sejumlah layanan online memang meminta pengguna untuk mengunggah selfie yang menunjukkan wajah berikut KTP miliknya.
Sejumlah warganet pun mengatakan khawatir dan mencoba menerka dari mana sumber informasi foto KTP dengan selfie tersebut.
Salah satunya akun @suamikamuuuu yang membalas cuitan tersebut. "Kebanyakan korban penipuan an investasi/pinjaman dengan syarat biodata diri'.
"hati2 yg kaya gini biasanya dr pinjol bodong yang lewat sms gtu. kalo terpaksa mau pinjol, pake yang udah rsmi dan beneran terdaftar aja," tulis akun @hrdipt9419.
"Nahh opsi datang langsung or video call lebih aman," tulis @josuamanurung12.
"Takut banget sama motif yg kayak gini. Makanya sekarnh hati hati banget masalah pengajuan sesuatu yg bawa bawa KTP," tulis akun @HerdikaOgi.
"Serem," tulis akun @Fayadazz.
Penjualan Foto Selfie dengan KTP
Sebagai informasi, penjualan data semacam ini sebenarnya sempat ramai di Indonesia pada 2019. Ketika itu, masyarakat dihebohkan dengan thread yang dibuat akun Twitter @hendralm.
Dalam cuitannya, dia mengungkap ada forum penjualan data Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan Kartu Keluarga (KK) di media sosial.
Setelah ditelusuri, data tersebut ternyata diperoleh melalui beberapa metode dan kebanyakan dilakukan oknum tidak bertanggung jawab. Hal itu dituturkan oleh pemilik akun Twitter dengan nama lengkap Samuel Christian Hendrawan tersebut yang pernah masuk dalam forum penjualan.
Menurut Hendrawan, setidaknya ada lima metode yang dilakukan oknum tersebut untuk memperoleh NIK dan KK masyarakat. Modus pertama yang digunakan adalah melalui SMS scam menawarkan pinjaman.
"Jadi, mereka akan menawarkan SMS pinjaman online tanpa jaminan, syaratnya KTP dan selfie. Tapi, sebenarnya itu bohongan," tuturnya saat berbicara dalam forum ICT Watch di Jakarta, Kamis (1/8/2019).
Lalu, metode lain yang digunakan adalah memanfaatkan situs jual beli online. Para pelaku ini biasanya berpura-pura menjadi pembeli dan meminta data diri penjual dengan dalih meyakinkan diri bahwa tidak penipuan.
"Jadi, nanti tukeran data diri. Mereka akan mengirimkan data ke penjual dan penjual akan mengirimkan data. Padahal, data yang dikirimkan itu juga hasil ambil (dari orang lain)," tuturnya menjelaskan.
Metode Lain
Pengumpulan data secara tidak sah ini turut dilakukan melalui lowongan pekerjaan yang dipampang di situs. Biasanya, para pelamar akan diberi tautan yang mengarah ke Google Form, lalu meminta data diri beserta foto selfie dengan KTP.
Selain itu, ada pula yang memanfaatkan aplikasi scam. Terakhir, para oknum ini mengaku membawa sumbangan ke desa-desa dan menyebutnya berasal dari pemerintah. Lantas, para penerima itu harus berfoto selfie dengan KTP dan KK sebagai bukti.