Taliban Berkuasa, LGBT di Afghanistan Ketar Ketir Ketakutan -->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Taliban Berkuasa, LGBT di Afghanistan Ketar Ketir Ketakutan

Sabtu, 21 Agustus 2021 | Agustus 21, 2021 WIB | 0 Views Last Updated 2021-08-21T03:27:53Z

Wanheart News - KABUL - Kelompok LGBT di Kabul, Afghanistan, mengaku takut hidup mereka akan terancam di bawah pemerintahan Taliban. Mereka kini bersembunyi di rumah selagi berharap dapat dievakuasi oleh Barat, sebelum Taliban memberlakukan ancaman hukuman mati bagi kelompok LGBT di Afghanistan.

Taliban mengatakan semua orang Afghanistan tidak perlu takut kepada mereka. Tetapi saat terakhir berkuasa, ada laporan bahwa Taliban merajam penyuka sesama jenis sampai mati.

Laporan ini membuat sejumlah kelompok LGBT kini bersembunyi ketakutan di rumah mereka. 

"Saya merasa sangat tidak nyaman, hanya menangis dan berpikir, 'Apa yang akan terjadi?'" kata seorang siswa berorientasi gay berusia 21 tahun, yang namanya dirahasiakan untuk melindungi identitasnya, melalui telepon dari Kabul dikutip dari Reuters, Kamis (19/8/2021).

Di masa kekuasaan Taliban pada 2001, kelompok LGBT mengatakan terlalu berbahaya untuk hidup secara terbuka di Afghanistan. Invasi AS dalam 20 tahun terakhir telah membuat banyak perubahan yang lebih baik bagi kaum itu.

Namun, kemenangan Taliban membuat kaum LGBT khawatir bahwa kebrutalan akan kembali mereka hadapi jika hukum syariah ketat diberlakukan dan perhatian internasional memudar.

"Mereka sekarang memberi tahu dunia, 'Kami tidak akan menyakiti siapa pun, kami tidak akan membunuh siapa pun.' Tapi mereka hanya berbohong," kata siswa itu.

"Mereka akan mulai melakukan hal-hal yang mereka lakukan pada tahun 2001,” tambah dia.

Di bawah rezim pertama Taliban dari 1996 - 2001, ada laporan bahwa pria yang melakukan hubungan seksual dengan sesama jenis dijatuhi hukuman mati. 

Adapun seorang hakim Taliban mengatakan bahwa hubungan seksual sesama jenis harus dihukum mati dengan rajam atau tembok yang dirobohkan. Ini dikatakan dalam sebuah wawancara yang terbit bulan lalu di surat kabar Jerman, Bild.


Gelora

×
Berita Terbaru Update
close