Wanheart News - WhatsApp dituding bisa membaca pesan yang dikirimkan pengguna meski sering mengunggulkan perlindungan enkripsi end-to-end. Hal ini terungkap dari laporan yang diterbitkan oleh organisasi nirlaba ProPublica.
Dengan enkripsi end-to-end, pesan yang dikirimkan di WhatsApp hanya bisa diakses oleh pengirim dan penerima. WhatsApp dan orang lain di luar percakapan tidak bisa melihat isi pesan yang dikirim, dan hal ini juga selalu terpampang di banner di atas kolom chat.
Laporan ProPublica mengatakan bahwa Facebook dan WhatsApp bisa membaca pesan pengguna. Mereka mengungkap WhatsApp memiliki lebih dari 1.000 karyawan kontrak di Austin, Texas, Dublin dan Singapura yang tugasnya memeriksa konten yang dilaporkan pengguna, seperti dikutip dari XDA Developer, Kamis (9/9/2021).
Director of Communications WhatsApp Carl Woog mengakui bahwa perusahaan memiliki tim karyawan kontrak yang tugasnya meninjau pesan yang dilaporkan pengguna untuk mengidentifikasi dan memblokir pelanggar yang parah. Tapi Woog tidak menggunakan istilah 'moderator konten' untuk tim tersebut.
Menggunakan software khusus Facebook, mereka menyaring jutaan pesan, foto dan video yang telah dilaporkan oleh pengguna untuk kemudian diteruskan ke sistem kecerdasan buatan (AI). Karyawan kontrak ini yang kemudian memutuskan apakah konten itu melanggar aturan atau tidak.
Karena konten WhatsApp dilindungi enkripsi, sistem AI mereka tidak bisa secara otomatis memindai semua pesan, foto dan video seperti di Facebook dan Instagram yang tidak dienkripsi. Jadi karyawan kontrak WhatsApp hanya bisa melihat konten yang telah dilaporkan oleh pengguna.
Saat pengguna melaporkan sebuah akun ke WhatsApp, mereka akan meneruskan pesan yang diduga melanggar aturan dan empat pesan yang dikirimkan sebelumnya. Ketentuan ini telah dijabarkan WhatsApp di FAQ mereka tentang memblokir dan melaporkan kontak, tapi jumlah pesan yang dilaporkan tidak dijelaskan.
Tapi menurut ProPublica, sistem pelaporan dan moderasi ini telah melanggar privasi pengguna WhatsApp. ProPublica juga mengungkap bahwa lewat pesan yang dilaporkan, sistem AI WhatsApp bisa mengumpulkan informasi tambahan seperti nama dan foto profil grup WhatsApp yang diikuti pengguna, nomor telepon, foto profil, pesan status, level baterai ponsel, bahasa dan zona waktu, ID unik ponsel dan alamat IP, akun Facebook dan Instagram terkait, dan lain-lain.
ProPublica juga menegaskan tudingannya bahwa WhatsApp melanggar privasi setelah tahun lalu ada beberapa karyawan kontrak yang melaporkan WhatsApp ke Securities and Exchange Commission karena dianggap tidak serius menangani privasi pengguna. Laporan tersebut menyebutkan WhatsApp menggunakan karyawan eksternal, sistem AI dan informasi akun untuk memeriksa pesan, foto dan video pengguna.
WhatsApp dan Facebook menganggap ada kesalahpahaman dalam laporan ProPublica. Dalam keterangannya, WhatsApp mengatakan saat pengguna menggunakan fitur Report, pesan memang langsung diteruskan ke Facebook tapi tidak ada privasi yang dilanggar karena proses ini mirip seperti meneruskan pesan ke orang lain dan pesan sudah tidak lagi dienkripsi.
Saat menggunakan fitur Report, akan ada pesan baru antara pengguna dan moderator yang terlindungi dengan enkripsi end-to-end. Jadi moderator tetap hanya bisa membaca pesan yang dilaporkan dan WhatsApp menekankan mereka tidak bisa membaca pesan yang tidak dilaporkan.
"WhatsApp menyediakan cara bagi orang-orang untuk melaporkan spam atau penyalahgunaan, yang mencakup membagikan pesan terbaru di chat," kata juru bicara WhatsApp.
"Fitur ini penting untuk mencegah penyalahgunaan terburuk di internet. Kami sangat tidak setuju dengan gagasan bahwa menerima laporan yang dikirimkan pengguna kepada kami tidak kompatibel dengan enkripsi end-to-end," sambungnya.