Wanheart News - Seorang pria yang merupakan peternak ayam di Blitar diamankan ketika mobil Presiden Jokowi bergeser ke Makam Bung Karno (MBK). Pria itu langsung digelandang dan dimasukkan ke mobil polisi.
Pria tersebut sebelumnya terlihat membawa selembar poster bertuliskan 'Pak Jokowi bantu peternak beli jagung dengan harga wajar'. Pria tersebut membentangkan poster itu sambil berdiri di pinggir jalan saat mobil Jokowi melaju. Insiden itu terjadi sesaat setelah mobil rombongan Presiden Jokowi bergeser atau keluar dari dari Pusat Informasi Pariwisata dan Perdagangan (PIPP) Kota Blitar pada Selasa (7/9).
Menanggapi hal tersebut, Ketua Paguyuban Peternak rakyat Nusantara (PPRN) Alvino Antonio mengatakan, sikap polisi terlalu berlebihan kepada peternak ayam tersebut. Menurutnya, poster yang dipasang tak menimbulkan ungkapan penghinaan ataupun sikap anarkis.
"Polisi terlalu berlebihan, karena itu kan dia peternak rakyat mandiri layer, ayam bertelur kan. Di saat jagung ini sekarang susah dan mahal. Nah ini menurut kita sih terlalu berlebihan polisi. Karena kan kalau lihat posternya hal yang wajar itu, nggak sifat anarkis, penghinaan atau apapun," kata Alvino saat dihubungi detikcom, Kamis (9/9/2021).
Dia mengatakan, duduk perkara adanya aspirasi tersebut karena kondisi jagung saat ini di peternak sangat sulit untuk didapatkan. Selain karena mahal, kata dia, ada dugaan monopoli pasar terjadi.
"Susah dan mahalnya itu diduga karena sudah dimonopoli sama perusahaan-perusahaan besar. Pabrik-pabrik pakan perusahaan besar. Jadi jagung ke peternak itu jadi nggak kebagian. Nah sementara peternak itu bisa menekan harga produksi biaya itu dari jagung 50% itu minimal," ujarnya.
Pihaknya pun menyayangkan sikap aparat kepada kalangan peternak. Harga jagung normalnya adalah Rp 4.000 sampai Rp 4.500 namun saat ini naik menjadi Rp 6.500, tentu hal tersebut akan menyulitkan peternak rakyat.
"Itu sebetulnya peternak nggak tau apa-apa. Dia hanya memang benar-benar peternak rakyat yang butuh bantuan saat ini. Karena kan harga telur saat ini di bawah harga pokok produksi, kerugian itu diperkirakan Rp 5 ribu sampai Rp 6 ribu sampai hari ini," katanya.
"Dia minta tolong, sebagai rakyat ke siapa lagi minta tolong kalau bukan ke pemerintah. Di saat rakyat minta tolong ke pemerintah, pemerintah sikapnya seperti itu ya mau jadi apa negeri ini," tandasnya.