Gelap Gulita Mengancam, Nasib Singapura di Tangan Indonesia -->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Gelap Gulita Mengancam, Nasib Singapura di Tangan Indonesia

Jumat, 22 Oktober 2021 | Oktober 22, 2021 WIB | 0 Views Last Updated 2021-10-22T00:46:12Z

wanheartnews.com -  Singapura krisis energi lantaran kesulitan pasokan gas pada tengah lonjakan permintaan & harga gas global. Sempat adanya gangguan impor gas menurut Indonesia jadi galat satu biang keroknya.

Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), Yusri Usman berkata Singapura memang sangat tergantung menggunakan pasokan gas menurut Indonesia melalui pipa. 
Setidaknya terdapat 3 kontrak ekspor gas Tanah Air ke negara tetangga itu menggunakan pasokan minimal lebih kurang 700 juta baku kaki kubik per hari (MMSCFD). Berdasarkan data BP Statistical Review 2021, konsumsi gas alam Singapura dalam 2020 lebih kurang 1,22 miliar kaki kubik per hari (BCFD). Itu artinya, hampir 60% pasokan gas-nya dari menurut Indonesia. "Singapura sangat tergantung menggunakan pasokan gas menurut Indonesia, yakni gas menurut Natuna & Grissik Sumsel, seluruh menggunakan sistem pipa," istilah Yusri pada detikcom, Kamis (21/10/2021). Yusri menyebutkan Singapura nisbi sulit mencari pengganti pemasok gas pipa selain menurut Indonesia. Bisa saja merubahnya menggunakan bentuk gas alam cair (LNG), namun itu harganya lebih mahal. "Singapura mampu saja cari pemasok menurut negara lain menggunakan bentuk LNG, namun beli gas menggunakan sistem pipa jauh lebih murah, sebagai akibatnya permanen saja Singapura membeli gas menurut Indonesia melalui pipa sebagai prioritas primer mereka," terangnya. Hal yg sama jua dikatakan sang Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan. Meskipun pada syarat terdesak mampu saja Singapura mencari pemasok lain & mengesampingkan harga yg lebih mahal. "Singapura bila pada syarat terdesak mereka akan membeli LNG menurut pasar spot mengingat mereka mempunyai fasilitas regasifikasi pada sana. Memang mereka niscaya terkendala menggunakan harga pada mana harga LNG pada pasar spot ketika ini relatif tinggi bila dibandingkan mereka membeli gas menurut Indonesia," jelasnya. Meski begitu, hal itu dievaluasi nir akan mengancam posisi Indonesia menjadi pemasok terbesar ke Singapura. Pasalnya kontrak gas yg sudah disepakati ke 2 negara itu relatif panjang. "Sampai sejauh ini aku kira kontrak kita masih relatif panjang menggunakan Singapura misalnya kontrak ke GSPL (Gas Supply Pte Ltd) yg akan berakhir 2023, kontrak ke SembGas (SembCorp Gas) yg akan berakhir 2028. Jadi aku kira kontrak kita relatif aman," tandasnya. Sebelumnya diberitakan Singapura terancam gelap gulita lantaran krisis energi yg menghantuinya. Sejumlah perusahaan penyedia listrik pada negara tetangga Indonesia itu sekarang bertumbangan. Indonesia mampu jadi faktor penyebabnya lantaran pasokan gas alam ke Singapura menurut Tanah Air belum sepenuhnya pulih semenjak mengalami gangguan dalam Juli. Dilansir menurut Reuters, Kamis (21/10/2021), Energy Market Authority (EMA) menyatakan gangguan pasokan gas pada Indonesia sudah berkontribusi dalam lonjakan harga listrik.

×
Berita Terbaru Update
close