Membongkar Kenapa Kereta Cepat Jakarta- Bandung Dinilai Susah Balik Modal -->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Membongkar Kenapa Kereta Cepat Jakarta- Bandung Dinilai Susah Balik Modal

Jumat, 15 Oktober 2021 | Oktober 15, 2021 WIB | 0 Views Last Updated 2021-10-15T01:13:54Z
Wanheaart News- Proyek kereta kilat Jakarta- Bandung dinilai tidak hendak balik modal. Proyek ini pula diucap oleh ekonom senior Faisal Basri selaku proyek yang mubazir serta tidak menguntungkan, apalagi hingga kiamat juga tidak hendak balik modal.

Perihal ini juga dibenarkan oleh para ahli transportasi. Direktur Eksekutif Institut Riset Transportasi( Instran) Deddy Herlambang sepakat apabila kereta kilat hendak sangat susah balik modal. Terlebih jika dikala ini hanya mengandalkan pemasukan dari tiket saja.

Ia memperhitungkan kereta kilat mungkin tidak hendak jadi transportasi kesukaan warga, maksudnya moda transportasi yang satu ini mungkin hendak susah dilirik penumpang.

Salah satu sebabnya merupakan tiket kereta kilat hendak sangat mahal, di atas Rp 200 ribu. Jauh lebih mahal dari tarif kereta reguler yang melayani rute Jakarta- Bandung dikala ini, Argo Parahyangan.

" Memanglah benar. KA kilat kita hendak susah balik modal apabila cuma mengandalkan dari fare box. Biar balik modal bisa jadi tiket hendak dibanderol mahal- mahal, sementara itu keinginan bayar publik dikala ini di rentang Rp 100. 000- 200. 000. Itu dari anggapan terdapat kereta KA Argo Parahyangan," ungkap Deddy kepada detikcom, Kamis( 14/ 10/ 2021).

Bukan hanya tiketnya saja yang mahal, baginya kereta kilat kurang strategis stasiunnya walaupun menawarkan kecepatan ekspedisi. Dapat jadi publik senantiasa memilah Argo Parahyangan yang perjalanannya 3 jam dari Jakarta- Bandung sebab mudahnya akses dari pusat kota meski kereta kilat telah beroperasi.

Deddy berkata buat naik kereta kilat, orang Jakarta mesti mengarah ke kawasan Halim yang terletak di ujung timur Jakarta yang baginya lumayan jauh dari pusat kota. Sedangkan di Bandung, stasiun kereta kilat mentok di Padalarang, yang maksudnya wajib menempuh ekspedisi bonus 25 kilometer buat hingga ke pusat kota Bandung.

" Masa tiket ingin dijual mahal tetapi calon penumpang wajib bersusah payah dahulu? Sulit payah menggapai Halim, serta berhentinya di Padalarang yang masih butuh transit ke kota Bandung," kata Deddy.

Sependapat, Pimpinan Bidang Advokasi serta Kemasyarakatan Warga Transportasi Indonesia( MTI), Djoko Setijowarno pula memperhitungkan kereta kilat hendak susah balik modal sebab sulitnya memperoleh penumpang. Sama semacam Deddy, ia pula menyoroti soal stasiun yang tidak strategis. Ia bilang cuma di Indonesia, kereta kilat penempatan stasiunnya tidak terletak di pusat kota.

" Kendalanya lagi ini tuh merupakan stasiunnya itu jauh dari pusat kota, siapa yang ingin naik? Di dunia ini kereta kilat itu berangkat dari pusat kota, cuma di Indonesia ini terdapat di ujung- ujung," ungkap Djoko.

Belum lagi ini transportasi universal di Bandung belum tertata dengan baik, dapat saja penumpang kereta kilat yang turun di Padalarang tidak bisa trayek angkutan universal mengarah pusat kota Bandung.

" Orang dari stasiun yang di kabupaten itu ingin ke Bandung Kota jauh lagi, belum pasti pula terdapat angkutannya. Jika dipikir mending naik mobil sendiri ataupun travel aja kan daripada ribet," kata Djoko.

Djoko pula berkata alternatif dari kereta kilat juga banyak, apalagi lebih gampang serta tidak kalah kilat. Misalnya saja jalur tol, selama Jakarta ke Bandung jalur tol telah terhubung dengan baik. Apalagi akumulasi rute jalur tol juga terus dicoba.

" Kereta kilat banyak alternatifnya kan. Terdapat jalur raya serta tolnya yang kian baik. Jalur tolnya pula dapat yang layang, tidak macet. Apalagi tol Cikampek ke 2 pula ingin dibentuk pula," sebut Djoko.


×
Berita Terbaru Update
close