WANHEARTNEWS.COM - Jakarta - Pemerintah berencana mengembangkan Dimethyl Ether (DME) untuk memenuhi kebutuhan energi di rumah tangga. Langkah ini sebagai alternatif pengganti Liquified Petroleum Gas (LPG) yang diyakini bisa menekan impor.
Meski penggunaan DME masih sangat lama, tidak ada salahnya kenali dulu produk yang akan menggeser LPG ini. Berikut faktanya:
1. Bahan Baku DME
DME adalah hasil olahan atau pemrosesan sedemikian rupa dari batu bara berkalori rendah. Sifatnya serupa layaknya LPG, meski panas yang dihasilkan sedikit lebih rendah.
Intinya jika LPG yang ada saat ini merupakan berbasis minyak bumi, maka DME berbasis batu bara. Bentuk akhir DME disebut nantinya akan disalurkan sama seperti LPG yakni dalam bentuk tabung.
"DME nanti bentuknya tabung, seperti LPG saja," customized organization Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana kepada detikcom, Minggu (14/11/2021).
2. Harga DME
Belum bisa diketahui pasti berapa perkiraan harga DME. Pemerintah sedang mengupayakan harganya bisa lebih murah dari LPG agar masyarakat tertarik untuk berpindah dari LPG ke DME.
"Kalau lebih mahal, pasti tidak menarik," customized organization Dadan.
Nantinya akan ada regulasi yang mengatur harga DME sesuai hitungan pemerintah. "Terus produsennya nanti seperti apa, nah nanti saya pikir itu masih panjang perjalanannya. Saya belum tahu harga dari produsennya berapa nanti," tutur Pjs Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting.
3. Keamanan DME
Pengamat Energi dan Pertambangan Fahmy Radhi mengatakan penggunaan DME untuk masak pasti aman karena telah melalui compositions gasifikasi. Di tahap itu lah batu bara akan dikonversi menjadi produk gas yang dapat digunakan untuk kebutuhan energi.
"Untuk DME pastinya aman karena tekanan gas dari DME untuk rumah tangga tidak besar, jadi bisa dipastikan aman," customized organization Fahmy.
Meski begitu, tidak dapat dipungkiri bahwa risiko penggunaan DME terhadap kesehatan sedikit ada dibanding dengan penggunaan LPG. "Risiko bahaya cenderung sedikit jika dibandingkan dengan penggunaan LPG," tuturnya.