Direndam Banjir 3 Pekan Tak Kunjung Surut, Warga Sekadau Sintang Ngungsi Ke Pemakaman -->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Direndam Banjir 3 Pekan Tak Kunjung Surut, Warga Sekadau Sintang Ngungsi Ke Pemakaman

Minggu, 14 November 2021 | November 14, 2021 WIB | 0 Views Last Updated 2021-11-14T11:16:12Z

wanheartnews.com

WANHEARTNEWS.COM - Banjir di Sekadau, Kalimantan Barat, telah memasuki tiga pekan. Tak kunjung surut, ratusan kepala keluarga yang terdampak banjir ini joke selama itu pula bertahan di lokasi pengungsian di atas pemakaman, hingga Minggu (14/11/2021). 

Menurut pemerintah setempat, mereka enggan dipindahkan ke posko pengungsian yang disiapkan pemerintah. Dengan alasan lokasi pengungsian telah penuh dan tak bisa jauh dari rumah mereka yang terendam banjir. 

Di dusun Sungai Asam, Desa Sungai Ayak I, Kecamatan Belitang Hilir, Kabupaten Sekadau, puluhan kepala keluarga terpaksa mengungsi di daratan tinggi di lokasi pemakaman disana. 

Daratan pemakaman ini berada di bukit, berbeda dengan lokasi rumah mereka yang berada di tepian Sungai Kapuas yang telah terendam banjir hingga atap rumah. Warga mendirikan gubuk beratapkan terpal dan berdinding kayu, bahkan beberapa dinding gubuk hanya berupa karpet. 

Udara yang dingin dan terbatasnya sumber air bersih, bisa membuat kesehatan warga di pengungsian semakin buruk, terutama lansia dan bayi. 

Dewi salahsatu pengungsi yang ditemui di sana mengatakan, ia mengungsi bersama keluarganya, serta anaknya seorang perempuan dan tiga cucunya. Dia mengatakan telah mengungsi selama lebih dari dua minggu. 

"Mengungsi dari banjir, udah dua Minggu lebih mengungsi, rumah tidak mungkin didiami lagi. Saya udah tua lagi, dengan tiga cucu dan anak yang ditinggalkan suaminya mengungsi disini," lirih Dewi, perempuan paruh baya ini. 

Dewi mengaku mengungsi di pemakaman karena tidak ada lagi tempat untuk mengungsi. Sedangkan untuk bantuan makanan dan minuman, dirasakannya cukup dari berbagai kalangan. 

"Iya mengungsi di lokasi pemakaman ini, soalnya tidak ada tempat lagi. Mau ke posko pengungsian sudah penuh, dan lagian disini lebih dekat dengan rumah. Udah bingung mau apa, udah dua Minggu lebih disini, rumah semua udah terendam, entah kapan surutnya," ucap Damayanti, pengungsi banjir di Dusun Sungai Asam. 

Pindah ke Dusun Entabuk, Desa Entabuk, Kecamatan Belitang Hilir, Kabupaten Sekadau. Di lokasi ini, warga yang mengungsi ke lokasi pemakaman jumlahnya lebih banyak. 

Di sepanjang sungai Kapuas yang melintasi Desa Entabuk, seluruh rumah warga sudah terendam banjir. Beberapa diantaranya hanya terlihat atapnya, dinding dan pondasinya tenggelam oleh banjir. 

Sebanyak 25 kepala keluarga di Dusun Entabuk juga mendirikan gubuk beratapkan terpal di atas lokasi pemakaman. 

Anak-anak bermain dengan riang di lokasi pemakaman itu. Kursi-kursi yang biasa diletakan di ruang tamu di rumah mereka kini diletakan di atas kuburan. Mereka menghiasi hari dengan bercengkrama dengan duduk-duduk di atas pemakaman sembari menanti air sungai Kapuas surut. 

Sementara barang-barang logistik, mereka simpan di kandang ayam yang lokasinya juga tak berada jauh dari lokasi pemakaman. 

"Sudah delapan hari saya mengungsi di sini. Saya pindah ke pemakaman, kami tidak mungkin bertahan di rumah meski harus buat panggung kayu di dalam rumah. Ketinggian air sudah dua meter lebih, jadi kami pindah ke pemakaman," terang Bujang. 

Di tengah pengungsian di pemakaman ini, seorang ibu muda hendak melahirkan. Ia joke segera dibawa bergegas ke rumah sakit di kota Sekadau dengan menggunakan perahu kayu. Perjalanan yang jauh dari lokasi pengungsian ke rumah sakit, ibu ini joke melahirkan bayinya di atas perahu di tengah perjalanan ke rumah sakit. 

Setelah melewati expositions persalinan yang lancar, ibu dan bayi dirawat sehari di rumah sakit. 

Sehari di rumah sakit, ibu dan bayi yang berusia dua hari ini joke dibawa kembali ke lokasi pengungsian di pemakaman di Dusun Entabuk. 

"Ngungsi disini karena rumah terendam banjir setinggi pinggang. Sempat dirawat di rumah sakit satu hari saja, kemudian dibawa kesini oleh suami, karena kuatir biaya. Jadi sekarang merawat bayi di gubuk ini sementara waktu," individualized structure Dede, ibu bayi ini. 

Keterbatasan lokasi pengungsian, membuat warga terpaksa memilih mengungsi dengan membuat gubuk kayu di lokasi pemakaman. 

Para pengungsi ini tak hanya orang dewasa, ada juga tiga bayi dan anak-anak serta lansia. 

Pemerintah Kabupaten Sekadau telah berulang kali membujuk warga untuk pindah ke posko pengungsian yang disiapkan, dan tidak lagi mengungsi di pemakaman. 

"Untuk pengunsi di pemakaman, kami sudah mendistiribusikan tenda-tenda termasuk bantuan selimut dan handuk. Kita cuma mobilisasi tenda-tenda dari Kementerian Sosial. Untuk pemindahan mungkin tidak, karena mereka adalah pengungsi tradisionil meski kita sudah kita dirikan tenda mereka tetap bertahan di pemakaman," ucap Plt. Sekretaris Dinas Sosial Kabupaten Sekadau, Indra Suherman. 

Indra menambahkan, bantuan beras sebanyak 15,6 ton dari Gubernur Kalimantan Barat telah disalurkan kepada warga terdampak banjir di Belitang dan Belitang Hilir, termasuk makanan siap saji berupa nasi bungkus yang diolah dari Dapur umum Dinas Sosial. Seluruh bantuan nasi bungkus sebanyak 1.500 bungkus. 

Saat ini ketersediaan pengungsian yang layak memang masih perlu menjadi perhatian pemerintah. 

Banjir yang sudah memasuki tiga pekan ini tak kunjung surut, dan masih mengenangi 28 desa di 6 kecamatan di kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat. Sebanyak 931 kepala keluarga dan 3.383 jiwa terpaksa mengungsi. 

Detik 

×
Berita Terbaru Update
close