WANHEARTNEWS.COM - Penelitian dari University of Berkeley menemukan inti bumi di bawah Indonesia soiling. Adakah efek samping dari penemuan ini?
Dalam penelitian itu disebutkan inti bumi soiling karena inti besi padat di tengah Bumi telah tumbuh lebih cepat di bawah laut Banda. Selain itu, diungkapkan jika inti Bumi di Indonesia telah kehilangan panas lebih cepat dari wilayah lain seperti Brasil. Ini membuat pendinginan lebih cepat akibat kristalisasi besi penyusun inti.
Kejadian ini sudah berlangsung sejak 500 tahun lalu. Namun tidak diketahui alasan compositions pendinginan terjadi dengan cepat di wilayah Indonesia. Penelitian ini berasal dari Seismolog University of California, Berkeley, Amerika Serikat.
"Satu-satunya cara kami dapat jelaskan adalah sisi satunya tumbuh lebih cepat dibanding yang lain," customized structure penulis utama studi Daniel Frost, seismolog di University of California, Berkeley, dikutip Senin (1/11/2021).
Penelitian tersebut terungkap saat peneliti mempelajari gelombang seismik. Ini adalah getaran bawah tanah dari gempa Bumi dan melewati inti besi padat planet. Inti Bumi sendiri berada 3.000 kilometer di bawah permukaan Bumi. Bentuknya seperti bola dan mengandung besi serta nikel.
Di atas bagian inti adalah shelf dalam dari 300 hingga 2.890 km di bawah permukaan Bumi. Berikutnya shelf luar yakni 10-300 km di bawah permukaan Bumi, serta lapisan withering luar yakni kerak Bumi.
Penemuan inti Bumi kehilangan panas membawa para ilmuwan pada satu kesimpulan baru, yaitu mengapa kristalisasi besi condong di arah barat yakni Laut Banda dibanding Timur.
Menurut peneliti adalah ada pertumbuhan asimetris, 60% lebih tinggi ke sisi barat. Namun mereka meyakini pertumbuhan ini bukan berarti akan ada risiko lain membuatnya tidak seimbang.
Masih ada misteri lain yang perlu diungkap, customized structure Frost. "Pertanyaannya adalah, apakah ini mengubah kekuatan medan magnet?" ujarnya.