WANHEARTNEWS.COM - Sebuah citra satelit terbaru menunjukkan China menargetkan sebuah kapal perang Amerika Serikat (AS) dalam sebuah latihan militer. Ini terjadi Minggu (7/11/2021).
Namun kapal tersebut bukanlah kapal perang AS yang asli. Kapal itu merupakan replika yang dibuat oleh Negeri Tirai Bambu, diletakkan di sebuah rel kereta programming interface di wilayah Gurun Taklamakan di barat laut Xinjiang.
Citra yang didapatkan oleh Maxar Technologies, mengatakan bahwa maket merupakan bagian dari jangkauan target baru yang dikembangkan oleh Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China. Negeri Xi Jinping sendiri memang sedang memperkuat kemampuan militernya ketika ketegangan meningkat di Laut China Selatan (LCS), Taiwan, dan supremasi militer di Indo-Pasifik.
"USNI telah mengidentifikasi fitur pada kapal perusak termasuk corong dan sistem senjatanya," ujar lembaga penelitian Angkatan Laut AS, USNI, kepada CNBC International, dikutip Selasa (9/11/2021).
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China hanya sedikit berkomentar soal ini. Wang Wenbin mengatakan bahwa ia tidak memiliki informasi tentang gambar-gambar itu.
Perkembangan militer China sendiri telah menjadikan alert keras bagi Washington. Beberapa waktu lalu Kementerian Pertahanan memprediksi China telah menggenjot persenjataan nuklir secara ekspansif dengan diprediksi memiliki 700 hingga 1.000 hulu ledak nuklir tahun 2030.
Ini naik signifikan dari perkiraan tahun lalu 400 hulu ledak dalam 10 dekade mendatang. Pentagon menambahkan bahwa perkembangan nuklir ini sendiri merupakan program dalam koridor Beijing untuk membangun militernya menjadi pasukan kelas dunia di 2049.
"Pada 2027, China bertujuan untuk memiliki kemampuan melawan militer AS di kawasan Indo Pasifik dan memaksa Taiwan ke meja perundingan dengan persyaratan Beijing," sebut laporan Pentagon.
Tak hanya itu, baru-baru ini Negeri Panda juga dilaporkan berhasil menguji kendaraan luncur hipersonik yang mampu membawa senjata nuklir beberapa pekan lalu. Monetary Times membuat ini dan menyebut dalam peluncuran, China menggunakan kendaraan yang diluncurkan dari sistem pengeboman orbital.
Meski begitu, hal ini dibantah oleh pemerintahan China. Pemerintah Xi Jinping menyebut tes merupakan uji coba pesawat luar angkasa dan bukan rudal hipersonik.