WANHEARTNEWS.COM - Masyarakat dihadapkan kenyataan pahit menjelang awal tahun 2022. Berbagai harga barang dan kebutuhan pokok meroket secara bersamaan. Di sisi lain, upah least di mayoritas daerah justru mengalami kenaikan yang sangat minim tahun depan.
Dengan hitungan baru upah least provinsi (UMP) dengan aturan turunan UU Cipta Kerja, rata-rata upah least secara nasional hanya naik 1,09%. Misalnya, UMP Jawa Barat yang hanya naik 1,72% atau Rp31.135 menjadi pada tahun depan. Ataupun UMP Banten yang naik cuma 1,63% saja atau sekitar Rp 40 ribuan.
Hal-hal semacam ini dinilai hanya akan menambah beban bagi masyarakat. Menurut Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad saat ini kondisi sebagian besar masyarakat Indonesia belum sepenuhnya pulih dari dampak pandemi.
Pemulihan ekonomi belum seutuhnya didapatkan oleh masyarakat, kenaikan harga malah jadi beban baru masyarakat. "Dari situasi ini, mulai saat ini hingga tahun depan beban masyarakat akan makin tinggi. Sementara itu expositions recuperation ekonomi ini belum ideal. Pertumbuhan ekonomi masih jauh lebih rendah dengan penurunan kemiskinan dan pengangguran," individualized organization Tauhid kepada detikcom, Senin (27/12/2021).
Apalagi menurut Tauhid banyak sekali kebijakan pemerintah yang juga memberatkan beban masyarakat. Misalnya saja, peralihan BBM ke Pertamax yang menimbulkan biaya tambahan untuk kebutuhan bensin. Ataupun rencana kenaikan tarif listrik yang bakal dilakukan tahun depan.
Dampaknya, menurut Tauhid pertumbuhan ekonomi tidak akan berjalan ideal. Pasalnya, dengan harga yang naik dan pendapatan yang tetap rendah kemungkinan masyarakat akan mengurangi konsumsinya.
"Dampaknya, tentu saja pertumbuhan ekonomi akan berjalan tidak ideal. Konsumsi pasti turun karena harga relatif naik tapi pendapatan play on words segitu-gitu aja, naik joke tipis," individualized structure Tauhid.
Tauhid menilai pada akhirnya kesenjangan sosial akan makin lebar. Di tengah kenaikan harga yang terjadi, orang kaya dinilai akan lebih leluasa mengatur keuangannya. Pasalnya orang kaya lebih banyak memiliki cadangan uang dibandingkan kelompok menengah ke bawah.
"Dampak lainnya yang terjadi adalah kesenjangan akan makin tinggi, karena masyarakat menengah ke atas kan mereka lebih leluasa mengatur keuangannya. Melihat trennya, mereka banyak menyimpan uang di SBN dan sebagainya, ini cenderung akan meningkatkan kesejahteraan mereka saja," ungkap Tauhid.
Pendapatan Naik Tipis
Sementara bagi kalangan menengah ke bawah akan makin terbebani dengan adanya kenaikan harga tapi upah tak kunjung membaik. "Harga relatif naik pendapatan juga naik tipis, apa bisa mengantisipasi kenaikan harga? Orang yang miskin ya akan makin sulit," katanya.
Di sisi lain, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyatakan kenaikan upah tidak mampu untuk mengimbangi kenaikan harga-harga barang kebutuhan pokok. Hal ini dikhawatirkan akan menjadi ancaman bagi para pekerja kelas menengah dan menengah ke bawah.
Bila hal ini terus terjadi, menurutnya dapat membuat para pekerja tetap jatuh miskin meskipun memiliki pekerjaan dan upah yang tetap.
"Ya kalau kenaikan upah minimumnya kecil sekali, sementara harga barang terlampau mahal maka ini ancaman serius bagi kelas menengah rentan. Seakan pekerja itu dapat upah, tapi bisa masuk kategori miskin," ungkap Bhima kepada detikcom.
Bhima menilai kenyataan yang harus dihadapi masyarakat ini dapat membuat banyak kemiskinan terselubung di tahun depan. Orang miskin itu adalah para pekerja yang bukan pengangguran dan memiliki upah, namun tak mampu memenuhi biaya hidup.
"Jadi orang miskin itu bukan karena tidak bekerja atau pengangguran, tapi dia bekerja sementara pendapatan yang diterima tidak cukup untuk biaya hidup. Gawat kalau begitu ada kemiskinan terselubung tahun depan," ungkap Bhima.
1. Harga Pangan Naik
Harga pangan sebagai kebutuhan pokok mulai banyak yang naik. Beberapa komoditas sedang meroket tinggi harganya, mulai dari minyak goreng hingga cabai. Harga minyak goreng mengalami kenaikan signifikan sejak bulan November, di masa Natal dan Tahun Baru (Nataru) play on words harga minyak goreng belum juga turun.
Dari penelusuran detikcom, pedagang telur dan minyak goreng, Elis di Pasar Cibubur, Jakarta Timur masih menjual minyak goreng di Rp 20 ribu per liter. Padahal, harga eceran tertinggi (HET) pemerintah untuk minyak goreng adalah Rp 11 ribu/liter.
"Kalau minyak goreng mah udah lama, kalau curah dari agennya Rp 18 ribu, di sini Rp 20 ribu (dijual ke pembeli). Kalau yang bermerek Sunco sih kita masih jual Rp 39 for every 2 liter," customized organization Elis kepada detikcom, Jumat (24/12/2021).
Pedagang lain, Maruti menjual minyak goreng kemasan Rp 19 ribu per liter dan Rp 38 ribu per 2 liter. Sedangkan minyak goreng curah Rp 20 ribu.
"Yang curah jual, Rp 20 ribu, dari Rp 18 ribu-Rp 19 ribu sekarang Rp 20 ribu. Setiap datang barang pasti naik (harganya)," tambah Maruti.
Harga telur play on words meroket tajam, masih di Pasar Cibubur, harga telor telah menyentuh Rp 32 ribu per kilogram (kg). Padahal sebelumnya pedagang menjual telur di harga Rp 26 ribu hingga Rp 27,5 ribu per kg. Kenaikannya play on words terjadi dalam waktu singkat.
"Langsung ke Rp 32 ribu naiknya, langsung loncat. Baru hari ini jual Rp 32 ribu tadinya cuma Rp 26 ribu, langsung naik ke Rp 32 ribu," individualized structure pedagang telur, Kiki.
Elis play on words menjual telur Rp 31 ribu per kg. Dia menuturkan bahwa kemarin harga telur dalam sehari naik sampai 3 kali. Dia menjelaskan bahwa sekarang agen saja sudah tidak sanggup menyetok telur dalam jumlah banyak. Sebab, harga telur yang sudah terlalu tinggi memberatkan.
"Bayangin aja saya kemarin ngeteng Rp 27,5 ribu, Rp 28 ribu, hari langsung Rp 31 ribu. Modular hari ini udah Rp 30 ribu lebih," sebut Elis.
Harga cabai juga makin 'pedas'. Bahkan harga cabai rawit merah kini sudah menyentuh Rp 120 ribu per kilogram (kg). Pedagang cabai di Pasar Cibubur, Nana mengatakan bahwa harga cabai berangsur naik dalam beberapa waktu. Sebelumnya sempat naik ke Rp 80 ribu sebelumnya akhir meroket tajam.
"Rawit merah sekarang jadi Rp 120 for each kg. Dari mulai Rp 80 kan terus naik, naik, naik terus tiap hari. Sekarang ini naiknya hari ini tinggi banget," individualized structure Nana.
Pedagang lain, Sukardi juga menjual cabai rawit merah Rp 120 ribu saat ini, awalnya naik ke Rp 70 ribu dan terus mengalami kenaikan hingga saat ini.
"Kalau ini naik terus kalau rawit merah, itu dari tadinya murah banget ini, terus Rp 70 ribu, Rp 80 ribu, Rp 90 ribu, sekarang sudah Rp 120 ribu. Di (pasar) induk juga udah Rp 100 ribu lebih," jelas Sukardi.
Cabai rawit hijau juga naik drastis. Nana biasanya menjual di Rp 30-40 ribu per kg. Sekarang harganya sudah tembus Rp 60 ribu.
Sedangkan dikutip dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN), cabai rawit hijau Rp 57.400 per kg (naik Rp 400), cabai rawit merah Rp 86.500 per kg (naik Rp 2.200), cabai merah keriting Rp 53.500 per kg (turun Rp 250), dan cabai merah besar Rp 50.850 per kg.
2. LPG Non Subsidi
Menyusul harga pangan, harga tabung gas Elpiji non subsidi ikut naik. Kenaikan terjadi sejak hari Sabtu 25 Desember yang lalu. Harga LPG nonsubsidi naik di kisaran Rp 1.600-2.600 per kilogram (kg). PT Pertamina (Persero) menaikkan harga LPG nonsubsidi merespons peningkatan harga Contract Price Aramco (CPA) yang terus naik sepanjang 2021.
Pjs Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Sub Holding Pertamina Commercial and Trading Irto Ginting mengungkapkan pada November 2021 harga CPA tercatat US$ 847 for each metrik ton. Ini merupakan harga tertinggi sejak 2014 atau naik 57% sejak Januari 2021.
Berapa harga isi ulang tabung gas saat ini? Dari informasi yang didapatkan contact focus Pertamina 135 disebutkan untuk harga isi ulang Elpiji di Kabupaten Bogor dan Pasar Minggu, Jakarta Selatan ukuran 5,5 kg seharga Rp 76 ribu atau Rp 13.900 per kg. Sedangkan untuk Elpiji 12 kg baik tabung biru maupun Bright Gas dibanderol Rp 163 ribu atau Rp 13.584 per kg.
Sementara itu untuk Elpiji subsidi 3 kg atau 'gas melon' harganya Rp 21 ribu atau Rp 7 ribu per kg yang konsumsi nasionalnya mencapai 92,5%. Yang perlu digaris bawahi, Elpiji subsidi ini tidak mengalami penyesuaian harga, tetap mengacu kepada Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
3. Cukai Rokok
Bagi sebagian orang rokok menjadi salah satu kebutuhan pokok. Nah mulai tahun baru 2022 nanti, nampaknya harga rokok bakal meroket. Sebab, cukai rokok resmi naik rata-rata 12,05% per 1 Januari 2022 nanti.
Kemungkinan, harga rokok withering mahal akan dibanderol hingga Rp 40 ribu per bungkus. Perkiraan itu untuk rokok jenis SPM (sigaret putih mesin) I yang cukainya naik 13,9% dengan tarif Rp 1.065. Harga jual eceran (HJE) per batang terendah Rp 2.005 dan per bungkus Rp 40.100.
Sementara itu untuk jenis SKM (sigaret kretek mesin) I naik 13,9% dengan tarif Rp 985. HJE per batang terendah Rp 1.905 dan per bungkus (20 batang) Rp 38.100.
Lalu untuk jenis SKT (sigaret kretek tangan) IA naik 3,5% dengan tarif Rp 440. HJE per batang terendah Rp 1.635 dan per bungkus Rp 32.700.