Pengamat: Politik Puan Seperti Menyiram Air di Gurun Pasir, Airnya Habis, tapi Tak Membekas -->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Pengamat: Politik Puan Seperti Menyiram Air di Gurun Pasir, Airnya Habis, tapi Tak Membekas

Jumat, 24 Desember 2021 | Desember 24, 2021 WIB | 0 Views Last Updated 2021-12-24T14:53:57Z

Wanheart News

WANHEARTNEWS.COM - Pengamat politik Jamiluddin menilai langkah Ketua DPR RI Puan Maharani dalam mendongkrak elektabilitasnya kurang tepat.

Menurutnya, langkah politik Puan seperti menyiram air digurun pasir, air habis semua. Akan tetapi tidak membekas.

Hal tersebut disampaikan Jamiluddin merespon langkah Puan, mulai dari memasang baliho di Gunung Semeru hingga membagikan sembako dengan gambar dirinya.

"Seperti menyiram air di gurun pasir. Airnya habis, tapi tidak membekas," customized structure Jamiluddin kepada Pojoksatu.id, Jumat (24/12/2021).

Dosen Universitas Esa Unggul itu mengatakan, hal tersebut dilakukan Puan tidak lain hanya untuk mendongkrak elektabilitasnya.

"Semuanya dilakukan untuk mendongkrak elektabilitas untuk menuju Pilpres 2024 mendatang," tuturnya.

Kendati demikian, lanjut Jamiluddin, dalam mendongkrak elektabilitas politisi PDI-Perjuangan itu tidak semudah membolak-balikan telapak tangan.

Pasalnya, elektabilitas Puan terhitung masih rendah ketimbang para calon presiden yang lain.

Seperti Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, Menteri Pertahanan (Menhan), Gubernur Jawa Tengah (Jateng) dan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.

"Meningkatkan elektabilitas Puan tampaknya tidak semuda membalikkan telapak tangan," ucapnya.

"Jadi meski memasang ratusan baliho di mana-mana, dan terakhir memasang baliho di jalan menuju lokasi meletusnya Gunung Semeru, ditambah pembagian sembako, buktinya tidak mendongkrak," ungkapnya.

Karena itu, Jamiluddin menyarankan Putri Megawati Soekarnoputri itu untuk mengambil merketing politik yang lebih bagus.

Hal tersebut untuk mendongkrak elektabilitas Puan Maharani yang masih rendah ketimbang Capres lainnya.

"Pendekatan seperti itu kurang pas bagi masyarakat kebanyakan di Indonesia. Masyarakat Indonesia, terutama kelas bawah," tandas Jamiluddin.

Gelora

×
Berita Terbaru Update
close