WANHEARTNEWS.COM - Pembangunan ibu kota negara (IKN) baru di Penajam Paser Utara, Kalimantan TImur, diprotes banyak kalangan. Terlebih lokasi yang digunakan untuk membangun ibukota berdekatan dengan konflik internasional di Laut Cina Selatan dan juga ancaman terorisme.
Direktur Eksekutif Community of Ideological Islamist Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya berpendapat, seharusnya pembentukan IKN baru harus mempertimbangkan aspek holistik dan sosiologis secara komprehensif.
“Termasuk diantaranya adalah aspek keamanan,” imbuh Harits kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (26/1).
Harits mengatakan, keamanan dan pertahanan negara selama ini banyak dikritisi banyak pihak. Mereka mempersoalkan bahwa pembangunan ibukota saat ini bukanlah kebutuhan darurat.
“Yang kedua yakni penggunaan anggaran atau pembiayaan juga bermasalah kemudian juga tentang potensi ancaman pertahanan negara dan bahaya bahaya geologi dan sebagainya juga harus dijelaskan,” katanya.
Dia memberikan contoh di lokasi pembangunan ibu kota baru terjadi ancaman kekeringan air dan lain sebagainya.
“Jadi banyak hal artinya itu bagian dari pertahanan dan keamanan kalau nanti kedepannya tetap jalan tapi bahwa ibu kota itu tidak save dalam berbagai aspeknya ini musibahlah,” tandasnya. [rmol]