Balada Minyak Goreng Gaib di Negeri Kaya Sawit -->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Balada Minyak Goreng Gaib di Negeri Kaya Sawit

Senin, 31 Januari 2022 | Januari 31, 2022 WIB | 0 Views Last Updated 2022-01-31T01:05:10Z

Wanheart News

WANHEARTNEWS.COM - Masyarakat mengalami kesulitan mencari minyak goreng dengan harga murah. Kini, minyak goreng menjadi langka, padahal harganya sudah dipatok lebih murah dari sebelumnya yang sebesar Rp 14 ribu per liter. Meski memang harga tersebut masih jauh lebih mahal dibanding di Negeri Tetangga seperti Malaysia.

Mulyadi menjadi salah satu masyarakat yang mengeluh kesulitan mendapatkan minyak goreng. Warga Desa Jatiseeng, Cirebon ini mengaku pasokan minyak goreng sudah langka di daerahnya.

Mulyadi bilang minyak goreng tak lagi bisa ditemui di minimarket di daerahnya. Setiap dia ke minimarket, rak minyak goreng diakuinya hanya kosong melompong.

"Hampir di semua minimarket seperti Indomaret atau Alfamart rak tempat minyak kosong," ungkap Mulyadi kepada detikcom, Minggu (30/1/2022).

Dia bercerita sempat melakukan pencarian minyak goreng dengan istrinya hingga ke 10 minimarket. Tapi, setiap minimarket yang didatanginya mengaku stok minyak goreng kosong.

"Pernah satu hari saya bersama istri berkeliling ke 10 minimarket pasti dijawab kosong oleh petugas minimarket," individualized organization Mulyadi.

Bukan cuma Mulyadi, hasil pemantauan detikcom di minimarket yang ada di Tebet, Jakarta Selatan juga menemukan hal yang sama. Rak minyak goreng terpantau kosong. Di atas rak juga dituliskan, 'Mohon Maaf Stok Minyak Goreng Kosong.'

Salah satu petugas minimarket Indomaret mengatakan, kekosongan terjadi sejak harga minyak goreng turun menjadi Rp 14.000 per liter. Sejak 2 hari sampai saat ini, stok minyak goreng belum tersedia lagi.

"Biasanya kan 2 hari sekali kita datang stok baru. Tadi pagi datang barang, tetapi tidak ada minyak goreng. Kayaknya iya semenjak turun harga ini. Kalau datang stoknya juga sedikit dan langsung habis," ucapnya, kepada detikcom, Sabtu (29/1/2022).

Minyak goreng sudah murah, tapi stoknya kosong. Ada masalah apa yang terjadi sebenarnya?

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey buka-bukaan soal biang keroknya. Masalah utama kelangkaan minyak goreng adalah pasokan barang yang makin sedikit diterima oleh toko-toko ritel.

"Ritel ini kami kan nggak produksi minyak goreng, kami salurkan saja, yang produksi produsen, yang pasarin wholesaler. Mungkin produsen ada masalah sama bahan baku, itu yang menyebabkan pasokan ke wholesaler kurang, akhirnya kita ikut kurang," papar Roy kepada detikcom, Minggu (30/1/2022).

Roy mengatakan salah satu yang membuat produsen tidak bisa memproduksi adalah kurangnya bahan baku CPO dari kelapa sawit untuk membuat minyak goreng. Padahal, Indonesia sendiri merupakan penghasil sawit terbesar di dunia.

"Pasokan ini tidak lancar, kan ini produsennya juga kan tergantung oleh CPO. Bertalian semua dia, ketika CPO mungkin nggak tersalur, maka nggak bisa produksi akhirnya nggak bisa kirim ke merchant, terjadilah kelangkaan ini," ungkap Roy.

Soal pasokan yang seret juga diakui Sekjen Aprindo Solihin, sebagai gambaran betapa sedikitnya pasokan minyak goreng. Dia mengatakan pihaknya saja sempat memesan 1.000 kemasan minyak goreng, namun yang datang jauh dari harapan. Dari merchant cuma memberikan 60 kemasan saja.

"Nah sekarang kita request ke merchant. Kita request 1.000 yang dikirim nggak segitu, alhamdulillah yang kita dapat cuma 60. Alhamdulillah aja masih dikirim itu juga," customized structure Solihin kepada detikcom.

"Maka akhirnya yang terjadi saat ini lah, kosong begitu," tegasnya.

Dia joke menceritakan, sejatinya sejak awal kebijakan minyak goreng Rp 14 ribu per liter diumumkan, pihaknya memperhitungkan stok yang ada bisa dijual hingga dua pekan. Namun nyatanya tak begitu, alarm purchasing terjadi di tengah masyarakat.

"Stok itu seharusnya yang ada di toko itu cukup dua minggu terjadi panik luar biasa. Orang beli istrinya antre, suami, anak, pembantunya ikut antre," jelas Solihin.

Dia menjelaskan stok yang dijual saat pertama kali kebijakan minyak goreng Rp 14 ribu per liter berlaku adalah stok lama dengan harga tinggi. Pihaknya, menjual dengan harga Rp 14 ribu per liter kemudian meminta kompensasi atas selisih harga itu. Stok tersebut lah yang awalnya diprediksi bisa dijual sampai dua pekan.

"Jadi kan di toko ada istilah support stock, kalau pembelian ordinary itu stok cukup 2 minggu. Seharusnya. Kan kenyataannya ini beda pembeliannya," ungkap Solihin.

Tuduhan 'Timbun' Minyak Goreng

Pengusaha ritel menegaskan tidak akan ada upaya penimbunan stok minyak goreng di seluruh toko-toko ritel yang ada di Indonesia dan menyebabkan kelangkaan pasokan minyak goreng.

Saat ini persediaan minyak goreng di toko ritel makin langka, mulai muncul anggapan di tengah masyarakat bila pegawai toko ritel menimbun stok minyak goreng.

Roy Mandey mengatakan tidak mungkin ada upaya penimbunan pasalnya gudang toko-toko ritel tak akan mampu untuk menampung timbunan stok minyak goreng. Menurutnya, di semua toko ritel, stok barang keluar masuk setiap hari.

Barangnya play on words bukan hanya minyak goreng saja, maka tidak cukup menurutnya gudang-gudang toko ritel untuk menimbun minyak goreng.

"Kita ini nggak mungkin nimbun karena barang baru tiap hari masuk. Misalnya mie instan, minuman air kemasan, itu kan setiap hari baru dan masuk. Gudang kita nggak mampu untuk simpan itu (minyak goreng)," ungkap Roy.

"Barang lain mau gimana ditaruhnya? Gudang kita nggak mampu menyimpan," sebutnya.

Roy juga mengatakan semua toko ritel saat ini dipantau dengan ketat oleh pihak berwenang. Sangat mudah bila petugas mau melakukan pengecekan ke gudang toko ritel. Hal itu membuat barang yang keluar masuk terpantau dan diawasi dengan ketat.

"Kita juga gampang sekali dicek keberadaannya, oleh Dinas Perdagangan, baik provinsi, kabupaten, kota. Toko kan dibuka terus, ada orang dinas bisa saja ngecek. Nggak mau kita bermasalah kan," ungkap Roy.

Lagipula, menurutnya bila ada pegawai yang nekat menjadi oknum penimbun minyak goreng, sanksinya sangat berat. Bisa saja didepak dari pekerjaannya.

"Kalaupun ada karyawan toko yang menyimpan untuk keluarga atau yang lainnya itu kita tindak tegas. Langsung saja istilahnya kami tarik dari pekerjaan dulu," tegas Roy.

Roy mengaku memang kasus penimbunan sempat terjadi, namun semua langsung ditangani dengan baik oleh tiap toko. Pemecatan langsung dilakukan, apalagi bila laporan penimbunan datang dari masyarakat.

"Iya (ada penimbunan). Kalau yang itu kan laporan masyarakat langsung kita tindak lanjuti, kemudian kita pecat langsung kami tarik dari toko. Dia berlaku sebagai oknum bukan perusahaan," ungkap Roy.

detik/

×
Berita Terbaru Update
close