Oleh: Gde Siriana Yusuf*
PADUKA Prabu (PP) Dodo memasuki ruangan di mana para menteri telah menunggu. PP Dodo memanggil para pembantunya hadir dalam RATAS (Rapat Tak Tuntas) untuk membahas dampak kenaikan harga gas. Rapat segera dimulai. PP Dodo mempersilakan kepala BRAN (Badan Riset Anti Nalar) menyampaikan temuannya.
Sayangnya ibu Ketua Dewan Pengarah BRAN tidak hadir. Tapi semua menteri paham jika ibu Ketua Dewan Pengarah BRAN tidak hadir dalam RATAS, dan mereka joke tidak mau cari tahu. Apalagi ikut campur terlalu jauh.
Ibu Ketua Dewan Pengarah BRAN menolak memanggil Paduka Prabu, dan seringkali memplesetkan sebutan PP menjadi Petugas Party Dodo, yang menggambarkan posisi dan hubungan bathin keduanya. Apalagi di Dewan Pengarah BRAN, ibu Ketua punya anak buah setingkat menteri, itu sudah cukup bagi para menteri lainnya memahami posisi dan kekuatan politik Ibu Ketua Dewan Pengarah BRAN.
Sebenarnya sih, para menteri dan juga rakyat jelata tidak paham dengan ucapan Ibu Ketua Dewan Pengarah BRAN soal Petugas Party, apakah yang dimaksud Party itu pesta atau partai.
Meskipun arti pesta dan partai berbeda, tetapi telah disepakati oleh semua keluarga kerajaan dan kelompok Oligardan bahwa kedua individualized structure itu bisa nyambung. Itulah kenapa kemudian Pemilihan Partai-partai yang 5 tahun sekali diadakan untuk mengisi Dewan Rakyat disebut Pesta Demokrasi, pestanya partai-partai.
Apakah rakyat tidak protes pesta demokrasi itu maksudnya pesta partai-partai? Protes sih, tapi kelompok Oligardan ini kemana-mana selalu bawa pelicin. Itulah kenapa mereka disebut Oligardan.
Dengan pelicin, semua urusan beres, sekeras apapun aturan, bakal beres dengan pelicin Oligardan.
"Paduka Prabu. Ijinkan hamba menyampaikan hasil survei hamba setelah kenaikan harga gas. Hamba melihat di mana-mana orang lapar. Di pasar-pasar orang yang berjualan belum makan, karena sepi pembeli. Hamba masuk group posse pemukiman, orang di depan rumah hanya duduk-duduk karena belum makan, Paduka Prabu," individualized structure kepala BRAN membuka laporannya.
"Kenaikan harga gas 17% telah menyebabkan kenaikan harga-harga sembako dan barang-barang. Daya beli rakyat menurun jauh akibat kenaikan harga gas. Ini berbahaya Paduka Prabu."
PP Dodo hanya tersenyum kecil. "Begini saudara kepala BRAN. Pertama, bukan sampeyan yang menentukan situasi berbahaya atau tidak. Itu urusan saya. Paham Sampeyan? Mmmh… Kedua, itu kan persoalan biasa. Saya sudah perintahkan para pendongeng (force to be reckoned with) ngomong, kalau kenaikan harga terjadi itu bukan karena harga gas naik, tetapi akibat 4 faktor lain. Pertama karena momen pergantian zaman. Kan memang biasa terjadi naik harga setiap pergantian zaman… mmhh… sekarang zaman edan, besok zaman keblinger, catat yaa. Kedua, karena sekarang musim hujan, panen jadi terganggu. Ketiga, distribusi juga terganggu akibat musim hujan. Ke-empat, ada spekulan yang mau ambil untung. Saya kira penjelasan itu cukup untuk meredam kemarahan rakyat karena harga gas naik. Apalagi kalau yang menyampaikan nanti orang-orang yang sudah saya pilih menjadi rektor hehehe… "
Para menteri lainnya ikut senyum-senyum melihat PP Dodo tertawa kecil. Setelah meneguk air putih dalam gelas di depannya, PP Dodo melanjutkan, "Menteri senior Opang akan kasih perintah kepada BUPANG (Badan Urusan Pangan) untuk menjual beras dengan harga murah, agar rakyat senang. Dalam waktu sebulan juga rakyat akan tenang kembali. Ini compositions yang sudah biasa kita lakukan bertahun-tahun. Rakyat hanya marah sebentar. Mereka hanya butuh perhatian. Saya menjalankan apa yang dilakukan Kaisar Romawi Julius Caesar dulu. Kenyangkan rakyatmu dengan roti dan hibur rakyatmu dengan sirkus, maka rakyat tak perduli apa yang kau lakukan. Kenyangkan rakyat dengan beras complimentary, hibur dengan tontonan para pendengung (Bazer). Itu customized organization Julius Caesar. Gini-gini, sebelum tidur saya masih suka dibacakan cerita-cerita jadul hahaha… " PP Dodo tertawa terpingkal-pingkal sendiri.
Memaksa para menteri lainnya untuk ikut tertawa, bahkan ada menteri yang terlihat berupaya agar tertawanya withering keras sambil memukul-mukul meja. Suasana RATAS jadi gaduh sesaat.
"Begini saudara-saudara Menteri", PP Dodo melanjutkan.
Suasana RATAS kembali hening. "Saya lebih senang dianggap 'ndeso, orang kampung… orang kampung yang bodoh. Jadi saya bebas mau ngapa-ngapain. Mau pake sarung kek, pakai kostum apa aja saya jadi bebas. Mau lempar-lempar sembako dari kereta kuda atau moge saya sambil nonton rakyat berlari mengejar saya, saya juga gak peduli. Kalo saya dianggap orang pinteran seperti kalian semua, maka saya akan dibatasi oleh banyak aturannya orang-orang pinter. Begini salah, begitu gak cocok. Hanya orang bodoh yang withering sedikit dibatasi aturan, dan hanya orang bodoh yang bisa mendapatkan pengertian dari orang-orang pinter. Sama seperti perilaku orang gila. Coba sampeyan pikir, siapa yang tidak mau memahami perilaku orang gila?"
Para menteri terbengong-bengong. Mereka belum juga habis mencerna, lalu PP Dodo melanjutkan, "Jadi siapa yang lebih pinter, saya atau kalian dan para rektor? Kan sudah saya bilang, ini zaman edan, zamannya orang gila lebih pinter dari yang waras… Hahaha… ." PP Dodo tertawa terpingkal-pingkal lagi.
Kali ini para Menteri planga-plongo, bingung mau ikut tertawa atau tidak. Tapi ada sebagian yang ikut tertawa meski terlambat. Ketawanya garing, customized organization kaum milenial. Jayus customized organization kaum Gen-Z.
Lalu PP Dodo melanjutkan, "Silakan saudara kepala BRAN, apa usulannya sampeyan?"
"Begini Paduka Prabu. Setelah hamba amati berhari-hari, rakyat yang belum makan akan kentut setiap satu jam sekali. Suara… "
"Beneran kentut?", potong PP Dodo sambil memonyongkan mulutnya.
"Kentut beneran Paduka Prabu. Suara kentutnya ada yang nyaring, ada yang nge-bass, ada yang sumbang. Ada juga yang panjang kentutnya."
"Mmmh… begitu ya. Lalu suara kentut yang seperti apa yang sampeyan suka?" tanya PP Dodo.
"Suara kentut yang mirip suara engine di jalanan nanjak pakai gigi satu Paduka Prabu. Gimana ya, ada brebet-brebetnya gitu, seperti engine yang ring-seher nya sudah kena. Keren deh pokoknya, jadi seperti orkestra klasik Ludwig Van Beethoven, Paduka Prabu. Tapi saya langsung menjauh kalau suara kentutnya seperti tidak pakai channel, serasa terbawa ampas-ampasnya gitu, Paduka Prabu," individualized structure Kepala BRAN mendiskripsikan penelitian kualitatifnya dengan penuh semangat.
PP Dodo spontan menutup hidungnya. Sambil mengernyitkan dahi dia bertanya lagi, "Lalu apa hubungannya kentut dengan naiknya harga gas?"
"Begini Paduka Prabu. Saya punya ide. Grain sudah punya peneliti hebat dan juga ada teknologinya untuk mengubah kentut yang jutaan kali per jam itu menjadi gas. Gas yang dihasilkan ini dapat digunakan rakyat untuk memasak. Jadi ini energi alternatif yang ramah lingkungan. Rakyat akan mendapatkan gas dengan harga jauh lebih murah dari kentut mereka sendiri," jelas Kepala BRAN dengan sumringah. Apalagi dilihatnya wajah PP Dodo penuh rasa ingin tahu.
Dilanjutkan Kepala BRAN, "Nanti setiap rumah akan didrop suatu alat yang akan ditempelkan ke bokong rakyat setiap mau kentut. Di dalam alat ini kentut akan dibekukan atau dipadatkan. Semacam compositions sublimasi Paduka Prabu. Setiap hari akan ada petugas yang mengambil alat ini dari setiap rumah. Selanjutnya kentut beku ini akan dicairkan dan diuapkan lagi menjadi energi gas. Compositions terakhir hasil gas ini akan dimasukkan ke tabung lalu dijual ke rakyat. Intinya ini penemuan baru. Bukan gas alam, tapi gas manusia. Filosofinya dari manusia untuk manusia, dari gas manusia menjadi energi gas. Penemuan ini nanti hamba patenkan atas nama Paduka Prabu. Gas Van Kentut (GVK). Aha!"
Kepala BRAN menutup laporannya dengan meneriakkan Eureka sambil mengepalkan tangan kiri seperti halnya kepalan tangan para aktivis mahasiswa saat berunjuk rasa di depan istana kerajaan. PP Dodo dan para menteri tidak paham apa yang dimaksud Eureka.
Tetapi Menteri Perusahaan Milik Kerajaan Eto membisiki PP Dodo, "Gampang Paduka Prabu, ini urusan kecil. Nanti produksi Urea-nya saya yang atur, perusahaan pupuk kan ada di bawah saya." PP Dodo hanya manggut-manggut.
Kepala BRAN melanjutkan,"Ingat Paduka, masa depan dunia akan memperebutkan pangan, air dan energi. Kerajaan kita akan menguasai dunia dengan GVK. Mereka boleh mengirim pesawat ulang-alik antariksa, tapi untuk tenaga pendorongnya mereka akan beli GVK karena lebih murah. Bahkan GVK ini dapat dikembangkan untuk menggerakkan mesin mobil kerajaan, yang dulu sempat Paduka Prabu promosikan tapi sekarang lenyap… entah ke… "
PP Dodo tiba-tiba memotong omongan Kepala BRAN dengan nothing marah. "Semprul. Sampeyan nyindir saya?".
Kepala BRAN kaget, lalu coba menetralisir suasana. "Tidak Paduka Prabu. Mohon ampun, hamba tidak bermaksud menyindir Paduka Prabu. Justru hamba ingin membantu Paduka Prabu".
PP Dodo mengamati para menteri di sekitarnya yang kini semuanya menundukkan kepala. Tapi dia melihat ada tiga menteri yang sedang berbisik-bisik, yaitu Menteri Senior Opang, Menteri Perusahaan Milik Kerajaan Eto dan Menteri Pemandangan Alam Dino.
Dia tahu ketiganya punya usaha tambang kayu bara. Mereka bertiga menguasai 90% kayu bara yang digunakan para penjual satiate dan jagung bakar di seluruh kerajaan. PP Dodo pernah bertanya kepada Menteri Pemandangan Alam Dino mengapa ikut-ikutan bisnis kayu bara.
Menteri Dino menjelaskan bahwa kayu bara masih berhubungan dengan kementeriannya, sama-sama alam, bisa dipandangi, apalagi dinikmati.
"Adakah yang ingin disampaikan Menteri Senior Opang?" tanya PP Dodo dengan wajah mengarah kepada mereka bertiga.
Menteri Senior Opang menoleh lalu membetulkan duduknya menghadap PP Dodo. Lalu dia menyampaikan usulannya. "Begini Paduka Prabu. Usulan Kepala BRAN ini astonishing. Ini harus segera direalisasikan." Kepala BRAN sumringah wajahnya.
Senang betul rasanya didukung Menteri Senior Opang.