WANHEARTNEWS.COM - Peci Gus Dur. Ya, demikian sebutan populer peci keranjang atau upiah karanji yang sering dikenakan Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid dalam kesehariannya.
Telah menjadi pemandangan umum kala Gus Dur tampil di muka publik, peci keranjang yang ikonik itu selalu menempel di kepalanya.
Peci keranjang awalnya tidak sepopuler seperti saat ini. Berkat Gus Dur peci keranjang hasil anyaman warga Gorontalo ini jadi terkenal seantero negeri.
Peci keranjang terbuat dari anyaman pohon minthu. Pohon sejenis rotan yang hanya tumbuh liar di hutan-hutan Gorontalo. Rotan itu kemudian dianyam menyerupai peci pada umumnya.
Peci keranjang sengaja dianyam agar pemakainya tidak merasa gerah. Dan apapun bentuknya, keunikan yang diciptakan oleh gradasi warna kulit minthu tak akan kehilangan pesonannya.
Gus Dur berhasil mengangkat nama harum Gorontalo lewat peci keranjang.
Nyatanya bagi Gus Dur, peci itu bukan sembarang peci. Tapi menyimpan sejarah dan makna mendalam.
Ternyata, peci keranjang yang dipakai pertama kali oleh Gus Dur adalah pemberian seorang Ulama sepuh Gorontalo.
“Karena peci itu pemberian dari seorang kiai sepuh, jadi saya pakai terus,” ujar Gus Dur saat berkunjung ke Solo dan bermalam di rumah Hussein Syifa, politikus PKB waktu itu.
Dikisahkan, dalam suatu kunjungan pribadi ke Gorontalo, Gus Dur tanpa pengawalan ketat dari paspampres. Menurut Gus Dur, kedatanganya saat itu adalah hasil dari mimpi.
Dan dari buah tidurnya itulah, ia segera memutuskan untuk datang bertemu seorang Ulama Gorontalo.
Kedatangannya ke Gorontalo bersifat mendadak dan rahasia. Tak ada protokoler kepresidenan. Bahkan pejabat dan aparat setempat pun tak mengetahui kedatangan Gus Dur ke Gorontalo.
Tak ada pula yang mengetahui pasti apa pertemuan dan maksud kedatangan Gus Dur secara diam-diam. Saat tiba di Gorontalo siang itu, Gus Dur bersama sopir pribadinya langsung menuju arah Kecamatan Paguyaman, Kabupaten Gorontalo. Daerah ini cukup jauh ditempuh dari pusat Kota Gorontalo.
Menurut Dadi Kasim Usman, salah satu Tokoh Adat Gorontalo, bahwa Gus Dur datang secara diam-diam menuju Desa terpencil di Kecamatan Paguyaman, Kabupaten Gorontalo.
Setelah tiba pada sebuah tempat, Gus Dur begegas menuju gubuk tua. Sang sopir diminta menunggu di luar agak jauh dari gubuk itu.
Gus Dur berjalan menuju sebuah gubuk tua berjarak 50 meter dari mobil.
“Sepertinya, Gus Dur telah berkomunikasi langsung secara spiritual dengan sang penghuni gubuk tua itu. Sesampainya di depan gubuk tua, terdengar suara dari dalam dan mempersilahkan Gus Dur masuk,” tutur Dadi Kasim Usman.
Tak lama kemudian, Gus Dur keluar dari gubuk tua. Ia telah menggunakan peci keranjang yang tak lain pemberian seseorang dari dari dalam gubuk.
Menurut Gus Dur, bahwa seseorang yang barusan ia temui itu adalah ulama Gorontalo. Setelah balik dan tiba di Istana, beberapa hari kemudian, Gus Dur memesan kembali beberapa buah peci keranjang.
Yang masih menjadi misteri adalah, siapa Ulama Gorontalo pemberi peci keranjang kepada Gus Dur? Hanya Gus Dur dan Tuhan yang tahu. Lahu Alfatihah!(fajar)