WANHEARTNEWS.COM - Beberapa waktu yang lalu, PDI Perjuangan (PDIP) jadi bulan-bulanan banyak orang, usai kadernya, Arteria Dahlan, dianggap menyinggung orang Sunda.
Saat itu, Arteria memang sempat menumpahkan kritikannya kepada Jaksa Agung, bahwa ada seorang jaksa, entah di daerah mana, berbahasa Sunda.
Hal itu, menurut Arteria, tidak etis dilakukan dalam sidang.
Seharusnya, jaksa yang dimaksud berbahasa Indonesia saja, agar seluruh poin dalam persidangan terkuak jelas.
Apakah Arteria Dahlan saja yang bermasalah karena omongannya berbau Suku, Ras, Agama, dan Antar Golongan (SARA)?
Tentu tidak. Berdasarkan catatan, ada dua orang lagi yang ucapannya menyinggung banyak pihak.
Siapa saja mereka?
Puan Maharani dituding menghina Sumbar
Saat mengumumkan calon gubernur usungan PDIP untuk Sumatera Barat, Puan menugaskan jajaran pengurus partai untuk mempertahankan nilai-nilai Pancasila.
Terutama soal musyawarah dan mufakat yang berasal dari kearifan lokal masyarakat Minang.
"Untuk Provinsi Sumatera Barat, rekomendasi diberikan kepada Ir. Mulyadi dan Drs. H. Ali Mukhni. Merdeka! Semoga Sumatera Barat menjadi provinsi yang memang mendukung negara Pancasila," begitu kata Puan saat itu.
Kalimat 'mendukung negara Pancasila' inilah yang kemudian ditafsir oleh sebagian pihak telah menghina orang Minang. Setelahnya, Arteria pun pasang badan.
Risma dituding menghina Papua
Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini diprotes karena komunikasi politiknya dianggap buruk, apalagi sebab pejabat publik.
Ya, Risma memang pernah memarahi sejumlah ASN di Balai Wyataguna Bandung, tahun lalu. Alasannya, ada ASN yang tak membantu kawannya saat memasak di dapur Kemensos.
Dapur itu sejatinya bertujuan untuk meracik makanan yang bakal didistribusikan kepada masyarakat.
Awalnya begini, Risma mendapati adanya dapur umum yang hanya dikerjakan oleh petugas dari Tagana dan petugas lainnya.
Sementara ia menilai, ASN lainnya di lingkungan Kemensos hanya bekerja di dalam kantornya masing-masing.
Akhirnya, ia langsung mengancam akan memutasi ASN yang bandel ke Papua, karena ogah membantu pekerjaan di dapur umum tersebut.
"Sekarang saya nggak mau lihat seperti ini, kalau saya lihat lagi, saya pindahkan ke Papua, saya nggak bisa mecat kalau nggak ada salah, tapi saya bisa pindahkan ke Papua sana teman-teman," kata dia.
Nah itu tadi tiga kader PDIP yang ucapannya pernah disorot banyak orang.
Selain itu, apakah ada lagi kader partai lain atau PDIP yang omongannya berbau SARA? era