WANHEARTNEWS.COM - Kabar terkait tewasnya 11 orang di Pantai Payangan, Jember membuat geger warganet. Tewasnya belasan orang tersebut dikarenakan ritual buang sial yang dilakukan oleh sekelompok orang.
Para korban merupakan anggota dari Paguyuban Tunggal Jati Nusantara. Tak hanya para anggota yang menjadi korban dari nahasnya ritual yang sedang mereka lakukan, si pemimpin paguyuban pun turut menjadi korban.
Alih-alih membuang sial, ritual yang dilakukan oleh Paguyuban Tunggal Jati Nusantara justru membuat sial serta membawa petaka bagi mereka sendiri.
Masyarakat kemudian dibuat penasaran apa, sih sebenarnya Paguyuban Tunggal Jati itu? Mengapa mereka membuat paguyuban tersebut dan melakukan ritual ini?
Tentang Paguyuban Tunggal Jati
Melansir dari Youtube tvOneNews, Minggu, 13 Februari 2022, para anggota yang tergabung dalam paguyuban itu mengaku memiliki beragam masalah. Mereka percaya bahwa paguyuban tersebut bisa membantu menyelesaikan permalasahan mereka.
"Berdasarkan pemeriksaan para saksi, kelompok ini adalah kelompok spiritual yang anggota kelompoknya ini bergabung karena berbagai macam permasalahan. Ada yang memiliki masalah keluarga, ada yang memiliki masalah secara ekonomi, ada juga yang memiliki masalah akibat guna-guna atau ilmu hitam", ujar AKBP Hery Purmomo, selaku Kapolres Jember.
Pimpinan paguyuban mengaku bisa membantu menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh para anggotanya melalui beragam kegiatan yang dilakukan di paguyuban, salah satunya yaitu ritual buang sial.
"Jadi, guru spiritualnya, saudara Nur Hasan mengaku bisa menyelesaikan segala permasalahan yang ada, melalui kegiatan dzikir. Kemudian salah satunya ritual yang dilaksanakan di Pantai Payangan", tutur AKBP Hery Purnomo.
Anggota Paguyuban punya berbagai motif
Terkait dengan adanya isu bahwa motif para peserta bergabung di paguyuban ini agar bisa mendapatkan ilmu sakti, AKBP Hery Purnomo menjelaskan bahwa memang setiap anggota memiliki motif yang berbeda-beda.
"Memang semua yang bergabung dalam kelompok ini memiliki tujuan dan maksud yang berbeda-beda. Namun, semuanya disatukan dalam kegiatan-kegiatan dzikir maupun ritual tadi. Nantinya diharapkan oleh masing-masing anggotanya, apa yang menjadi maksud dan tujuannya itu bisa tercapai", sambung AKBP Hery Purnomo.
Terkait dengan sudah berapa lama paguyuban itu ada dan apakah sering melakukan ritual, AKBP Hery Purnomo masih melakukan pemeriksaan lebih lanjut kepada para saksi.
"Untuk keanggotan dari kelompok ini bermacam-macam, ada yang sudah beberapa bulan bergabung, ada yang masih baru. Kami masih dalami berdasarkan keterangan dari saksi-saki yang ada. Dari 9 saksi yang rencananya akan kita lakukan pemeriksaan, saat ini baru 7 yang masih melakukan pemeriksaan dan masih berlangsung, dan untuk hasilnya akan kami sampaikan kemudian", kata dia.
Untuk ritual yang dilakukan oleh para peserta paguyuban memang agendanya yaitu mandi di laut dengan tujuan untuk menyucikan diri.
"Untuk ritualnya sendiri yaitu mereka mandi di laut yang tujuannya salah satunya adalah untuk mensucikan diri kemudian mengharapkan adanya berkah yang bisa diterima dari Ratu Pantai Selatan", ujar AKBP Hery Purnomo. []
Sumber: hops