WANHEARTNEWS.COM - Minyak goreng hingga saat ini masih sulit ditemukan. Kendati tersedia di toko pasar tradisional, harganya sangat mahal. Sementara harga yang sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) pemerintah seperti di pasar modern atau supermarket persediaannya masih banyak yang kosong.
Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Eddy Abdurrachman mengungkapkan, sebenarnya harga bahan baku minyak goreng sangat melimpah. Sebab produksi CPO pada 2021 sebanyak 56 juta metrik ton. Sedangkan kebutuhan CPO untuk membuat minyak goreng hanya 8,9 juta metrik ton.
Kebutuhan CPO untuk produksi minyak goreng itu hanya 8,9 juta metrik ton. Itu adalah kebutuhan CPO sebagai bahan baku untuk produksi minyak goreng. Jadi masih jauh dari ketersediaan bahan baku, produksi kita yang relatif cukup besar,” katanya dalam webinar yang dikutip lewat YouTube Ombudsman RI, Sabtu (26/2).
Eddy melanjutkan, dari 56 juta metrik ton produksi CPO Indonesia tersebut, sebanyak 18,4 juta diantaranya digunakan untuk konsumsi dalam negeri, meliputi kebutuhan pangan, oleokimia dan biodiesel. Kemudian 34,2 juta metrik ton sisanya diekspor.
Menurutnya, terjadinya kelangkaan disebabkan oleh adanya kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) dan Domestic Price Obligation (DPO) yang berlaku pada produk CPO. Sebab, pengusaha masih melakukan penyesuaian. “Ini pandangan saya sendiri, disebabkan karena perlunya penyesuaian dengan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah saat ini,” ucapnya.
Eddy menyebut, hadirnya aturan tersebut, DMO, CPO dan produk turunannya sebesar 20 persen dari volume ekspor harus dijual ke dalam negeri, dengan harga yang ditetapkan oleh pemerintah untuk CPO Rp 9.300 per kg, dan olein Rp 10.300 per kg.
Para eksportir harus mencari bahan baku untuk dijual dengan harga yang sesuai dengan aturan DPO pemerintah. Begitu juga dengan produsen yang harus mencari bahan baku sesuai dengan harga DPO. “Ini masih dalam proses pencarian masing-masing itu tadi untuk mencapai suatu keseimbangan,” imbuhnya.
Eddy menambahkan, dirinya menepis anggapan bahwa kelangkaan minyak goreng karena adanya program biodiesel karena menggunakan bahan baku CPO. Sebab, pada tahun lalu alokasi CPO untuk biodiesel adalah 7,3 juta metrik ton. “Kurang tepat kalau dinyatakan bahwa kelangkaan bahan baku untuk migor ini disebabkan karena biodiesel,” pungkasnya.
Sumber: jawapos