WANHEARTNEWS.COM - Jurnalis senior Hersubeno Arief menilai Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo seolah tak memiliki tanggung jawab terhadap insiden Wadas di Purworejo, Jawa Tengah yang terjadi pekan lalu tepat Rabu, 9 Februari 2022.
Hersubeno Arief menilai Ganjar melempar tanggung jawab insiden Wadas ke Kapolda Jawa Tengah dan menyebut ada bisnis besar di baliknya.
Hersubeno Arief menilai insiden Wadas dipicu oleh kebijakan Ganjar yang terkesan tidak memperhatikan ekses yang ditimbulkan di lapangan, sehingga dia menilai Ganjar tak boleh lepas dari tanggung jawab dan menyerahkannya ke Kapolda Jawa Tengah.
"Carut marut di Wadas ini bersumber dari kebijakan gubernur. Tentu saja kalau kemudian muncul ekses di lapangan, Ganjar nggak bisa buang badan begitu saja dan kemudian menyerahkan 'Oh, silahkan Pak Kapolda untuk melakukan evaluasi secara internal, nanti kami secara institusional akan mendukung'," kata Hersubeno Arief sebagaimana dikutip dari kanal YouTube Hersubeno Point pada Selasa, 15 Februari 2022.
Hersubeno Arief juga mempertanyakan motif Ganjar untuk memaksakan agar proyek di Wadas tetap berlanjut meski dinilai memicu insiden.
"Sumber utamanya kekacauan tadi kan adalah kebijakan dia sebagai kepala daerah. Wajar kalau saat ini banyak yang bertanya-tanya 'Ada kepentingan apa sih? Ganjar kok tetep ngotot memaksakan penambangan di Wadas dengan berbagai cara?'," ujarnya.
Mantan jurnalis Metro TV, RCTI, dan ANTV itu menduga ada kepentingan bisnis besar di balik proyek bendungan di Wadas sehingga menimbulkan insiden antara aparat dengan warga.
Dia menyebut ada potensi bisnis besar dari batu andesit yang ditemukan di Wadas, sehingga dia menduga kuat bahwa Ganjar tetap ngotot untuk melanjutkan proyek Bendungan Bener karena hal tersebut.
"Benarkah ada kepentingan bisnis besar di balik semua itu? Sebab, mengacu pada beberapa data, potensi batu andesit di Wadas ini sangat besar. Kalau hanya untuk Bendungan Bener aja itu udah melimpah," katanya.
Hersubeno Arief juga menilai, sikap Ganjar yang tetap melanjutkan proyek Bendungan Bener di Wadas juga tak lepas dari kepentingan pemilik modal di belakangnya.
Dia juga menyebut, batu andesit di Wadas merupakan potensi bisnis besar khususnya bagi pemilik modal yang memiliki akses dengan kekuasaan.
Dia juga mengungkapkan, potensi bisnis besar batu andesit tak hanya sekedar untuk mensuplai material untuk pembangunan Bendungan Bener, namun juga untuk diperjualbelikan secara bebas.
"Jadi sangat menggiurkan bagi kepentingan pemilik modal yang punya akses dengan kekuasaan. Mereka bisa terus melakukan penambangan batu andesit ini tidak hanya berhenti sampai pada suplai material untuk bendungan," ujar dia.
Hersubeno Arief juga menegaskan bahwa setiap kali ada proyek pembangunan sebagaimana Bendungan Bener di Wadas sangat berpotensi memicu moral hazard di kalangan pejabat terkait.
Dia juga menegaskan bahwa proyek-proyek semacam itu tak pernah lepas dari kepentingan tertentu yang menungganginya.
Dia juga menilai bahwa di balik insiden Wadas yang merugikan rakyat setempat ada kepentingan bisnis besar yang dilindungi oleh kekuasaan.
"Setiap kali ada pembangunan-pembangunan semacam ini, selalu ada moral hazard, ada kepentingan yang menunggangi, kepentingan bisnis besar yang kemudian merugikan rakyat dalam hal ini adalah warga Wadas," tuturnya. kabes