Oleh: Azwar Siregar
Saya terpaksa menahan ngakak, membaca sentilan Netizen kepada salah satu Akun Parpol yang sedang berduka. Salah satu Kader (terbaik) mereka mengalami musibah. Meninggal terbakar bersama (suami) orang lain akibat kecelakaan tunggal.
Jadi, si Akun Parpol mengucapkan "istirja". Sayangnya, ucapan berbahasa Arab tersebut disampaikan untuk Laki-laki (hu -red). Padahal yang meninggal seorang Perempuan (ha -red).
"Makanya jangan benci Arab. Jadi salah tuh doanya," kata seorang Netizen sambil mencuitkan lafadz Istirja yang benar.
Padahal Akun Parpol tersebut Perwakilan dari daerah Banjarmasin. Daerah yang kualitas dan sisi relijiusnya termasuk cukup bagus.
(Bagaimana lagi kalau Akun yang mencuit dari Perwakilan Daerah "Sekuler". Bisa-bisa yang terucap Doa mau makan!)
Para Kader Par-Tai tersebut juga berlomba-lomba mengucapkan berduka sambil menyebutkan kalau si Korban adalah Kader terbaik Partai mereka.
Jujur saya sedikit kebingungan. Bagaimana bisa seorang Perempuan (setahu saya masih istri sah orang lain) berduaan dini hari dengan seorang laki-laki (suami orang lain juga) disebut seorang "Kader Terbaik?".
Secara agama? Jelas Salah!
Ukuran moralitas tanpa melibatkan aturan agama juga tetap salah.
Saya bukan mau menghujat yang sudah mati. Biarlah mereka mempertanggung jawabkan semua amal dan perbuatan mereka dihadapan Yang Maha Pencipta.
Saya justru mau menyorot institusi kedua Korban. Satu Parpol yang merasa paling moralis di Negara ini. Sering menyudutkan agama (khususnya Islam). Tapi ternyata moralitas kader (terbaiknya) sangat buruk!
Kalau saja selama ini Par-Tai tersebut tidak pernah iseng nyinyir terhadap Ulama. Saya sih biasa saja. Tapi rekam jejak Kader Par-Tai tersebut memang lumayan mengesalkan.
Sekarang Institusi Korban Laki-laki. Secara resmi Institusi tersebut adalah Pengawal Moralitas Anak Bangsa yang resmi dari Negara. Tapi perilaku orang-orangnya justru sering mengecewakan. Bahkan berkali-kali memalukan!
Sekali lagi, namanya musibah termasuk kecelakaan bisa menimpa siapa saja. Tapi kecelakaan yang membuka aib adalah lain hal. Berarti mungkin saja ada Murka yang Maha Kuasa. Terhadap mereka. Terhadap Institusi mereka.
Itu kalau mereka-mereka di Institusi yang sama masih Percaya kepada Pancasila (Sila Pertama Ketuhanan Yang Maha Esa).
(fb)