WANHEARTNEWS.COM - RUSIA dapat merencanakan serangan senjata kimia atau biologi di Ukraina - dan "kita semua harus waspada", kata pejabat Gedung Putih.
"Kita semua harus mewaspadai Rusia yang kemungkinan menggunakan senjata kimia atau biologi di Ukraina, atau untuk membuat operasi fitnah dengan menggunakan senjata itu - ini adalah pola yang jelas," kata juru bicara Presiden AS, Jen Psaki.
Dia juga mengatakan klaim Rusia tentang laboratorium senjata biologis AS, dan pengembangan senjata kimia di Ukraina, tidak masuk akal.
Peringatan itu terjadi setelah para pejabat Barat berbagi kekhawatiran yang sama tentang serangan-serangan baru.
Mereka mengatakan "sangat prihatin" tentang risiko perang dapat meningkat, dan khususnya kemungkinan Rusia menggunakan senjata non-konvensional.
Sementara itu menteri luar negeri Rusia dan Ukraina akan mengadakan pembicaraan di Turki, saat invasi dari Moskow terhadap tetangganya memasuki pekan ketiga.
Itu terjadi setelah Ukraina menuduh Rusia mengebom rumah sakit anak-anak - serangan yang dikatakan Kyiv adalah "kejahatan perang".
Ukraina mengatakan 17 orang terluka dalam serangan di Mariupol pada hari Rabu.
Rumah sakit ibu dan anak hancur
Rumah sakit ibu dan anak di kota Mariupol di Ukraina selatan hancur akibat gempuran udara Rusia, serangan yang disebut Presiden Volodymyr Zelensky sebagai "kekejaman."
Dalam cuitannya Presiden Zelensky mengatakan, "orang-orang, anak-anak berada di reruntuhan. Kekejaman! Berapa lama lagi dunia membiarkan teror ini?"
Dewan Kota Mariupol mengatakan serangan itu menyebabkan "kerusakan besar" dan mereka menerbitkan foto-foto yang menunjukkan gedung yang hangus, mobil-mobil yang hancur dan lubang besar di luar rumah sakit. BBC telah memverifikasi lokasi video-video itu.
Mariupol telah dikepung pasukan Rusia selama beberapa hari dan berupaya berulang kali untuk evakuasi warga sipil gagal.
Olena Stokoz dari Palang Merah Ukraina mengatakan "seluruh kota tanpa aliran listrik, air, makanan dan banyak orang sekarat karena dehidrasi."
"Kami akan terus mengatur koridor evakuasi (dari Mariupol)," katanya kepada BBC.
Sementara seorang anggota parlemen Ukraina, Dmytro Gurin mengunggah video di Twitter yang menunjukkan rumah sakit ibu dan anak yang dilaporkan terhantam serangan Rusia.
Gurin mengatakan "belum ada informasi tentang kondisi anak-anak dan bayi yang baru lahir."
Gempuran Rusia terus berlanjut di tengah konvoi evakuasi warga sipil Ukraina yang mulai bertolak meninggalkan kota-kota di seputar ibu kota Kyiv, menurut pemimpin wilayah Oleksiy Kuleba.
Ukraina mengatakan mereka menyepakati gencatan senjata 12 jam dengan Rusia dan membuka "enam koridor kemanusiaan" di zona perang. Kuleba mengatakan sebagian telah meninggalkan kota-kota tersebut.
Seorang pejabat Ukraina, Pavlo Kirilenko, mengunggah video di Facebook yang menunjukkan rumah sakit yang rusak, serta puing-puing gedung-gedung yang masih berasap.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba mengatakan "hampir 3.000 bayi yang baru lahir tidak memiliki persediaan makanan dan obat-obatan cukup" di Mariupol karena "Rusia menyandera lebih dari 400.000" orang di sana."
Evakuasi massal pertama dilakukan pada Selasa (08/03), dengan mengangkut 5.000 orang keluar dari Kota Sumy di bagian timur laut Ukraina menuju Poltava di bagian tengah.
Sejauh ini, sebanyak dua juta warga Ukraina telah mengungsi keluar dari negara itu. Lebih dari satu juta di antara mereka mengungsi ke Polandia, menurut Dinas Penjaga Perbatasan Polandia.
Belum jelas enam tujuan rute evakuasi warga Ukraina mengingat rute-rute menuju Rusia dan Belarus telah ditolak pemerintah Ukraina.
Dalam pidato kepada anggota parlemen Inggris di Majelis Rendah, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky merujuk pernyataan PM Inggris semasa Perang Dunia Kedua, Winston Churchill, dengan mengatakan "kita akan bertarung di hutan, di ladang, di pantai, di jalanan."
Sementara itu, saat memberi perkembangan terkini soal hari ke-13 invasi Rusia pada 8 Maret tengah malam, militer Ukraina menyatakan bahwa dalam 24 jam terakhir, "musuh memperlambat laju operasi ofensifnya, terutama menggunakan serangan rudal dan bom pada infrastruktur sipil".
Selanjutnya dikatakan Rusia tetap fokus untuk mengepung dan merebut kota Kyiv, Sumy, Kharkiv, Mariupol, Mykolayiv dan Chernihiv, dan juga menciptakan koridor darat antara Rusia dan Semenanjung Krimea yang telah dikuasai Moskow.
Ukraina juga mengeklaim pasukan Rusia terus menderita kerugian yang signifikan dan juga berusaha untuk meningkatkan pasokan bahan bakar dengan mendirikan "jaringan pipa lapangan".
Namun keakuratan laporan yang diklaim Ukraina tersebut belum diverifikasi secara independen oleh BBC.
Evakuasi warga Ukraina terus berlanjut
Warga di kota Irpin di dekat ibu kota Kyiv dan Sumy keluar dari dua kota itu melalui jalur evakuasi yang telah disepakati Rusia dan Ukraina.
Namun para pejabat Ukraina mengatakan Rusia mengebom jalur evakuasi dari kota di selatan, Mariupol, sehingga evakuasi tak bisa dilakukan.
Sementara PBB mengatakan jumlah korban sipil mencapai 1.207 sejak invasi Rusia atas Ukraina pada 24 Februari lalu.
Jumlah ini termasuk 406 korban meninggal dan 801 terluka namun data itu "kemungkinan jauh lebih tinggi, menurut Liz Throssell, juru bicara komisioner PBB untuk hak asasi manusia.
Sebagian besar yang terluka adalah akibat "serangan udara dan senjata peledak," kata PBB
"Ratusan gedung perumahan" hancur di kota-kota seputar Ukraina," menurut PBB. Seorang wartawan juga dilaporkan meninggal.
PBB juga menyatakan keprihatinan karena "penahanan semena-mena" pendukung pro-Ukraina di wilayah yang dikuasai militer Rusia. Kekerasan juga terjadi terhadap personel pro-Rusia di kawasan yang dikuasai Ukraina.
PBB mengatakan kepada BBC, jumlah pengungsi dalam perang di Ukraina sejauh ini mencapai lebih dari dua juta orang.
Para pengungsi melintas ke negara-negara tetangga di barat Ukraina termasuk Polandia, Romania, Slovakia, Hungaria dan Moldova.
Sejumlah kecil mengungsi ke Rusia dan Belarus.
Sejauh ini menurut PBB, aliran pengungsi:
* Polandia menerima lebih dari 1,2 juta pengungsi
* Hungaria 191.000
* Slovakia 141.000
* Moldova 83.000
* Romania 82.000
* Rusia 99.300
* Belarus 453
PBB minta jaminan Rusia-Ukraina untuk memastikan keamanan warga sipil
Kepala kemanusiaan PBB Martin Griffiths meminta Ukraina dan Rusia untuk memastikan perjalanan yang aman bagi warga sipil yang keluar dari zona perang dan untuk pengiriman bantuan kemanusiaan.
PBB dan mitranya telah menyediakan makanan untuk ratusan ribu orang, tetapi situasi keamanan membuat mereka kesulitan menjangkau daerah-daerah tertentu.
Pernyataan ini muncul saat kedua belah pihak saling melontarkan tuduhan bahwa masing-masing berusaha mencegah warga sipil meninggalkan zona perang dengan selamat.
Duta Besar Ukraina untuk PBB menuduh Rusia melakukan aksi penembakan di koridor kemanusiaan, sehingga menghalangi warga sipil meninggalkan zona perang utuk menuju Eropa dan mencegah pengiriman bantuan kemanusiaan.
Tetapi duta besar Rusia untuk PBB membantah tuduhan itu dan sebaliknya menganggap Ukraina lah yang menolak proposal gencatan senjata.
Rusia usulkan koridor kemanusiaan, Ukraina tuding 'tidak bermoral'
Sebelumnya, Rusia mengatakan akan melakukan gencatan senjata di beberapa kota Ukraina untuk membentuk koridor kemanusiaan sehingga warga sipil bisa keluar dari zona perang, demikian laporan media pemerintah.
Gencatan senjata berlangsung Senin (07/03) dari pukul 10:00 waktu Moskow, menurut Kementerian Pertahanan Rusia.
Rute evakuasi bagi warga sipil dibentuk di ibu kota Kyiv, Kharkiv, Mariupol dan Sumy.
Kota-kota tersebut saat ini berada di bawah operasi serangan Rusia yang terus digencarkan.
Namun proposal gencatan senjata baru Rusia yang mengizinkan warga sipil untuk meninggalkan zona perang di kota-kota utama ini dicap "tidak bermoral" oleh Ukraina.
"Ini adalah cerita yang sama sekali tidak bermoral.
"Penderitaan rakyat digunakan untuk menciptakan gambar-gambar di televisi seperti yang diinginkan," kata Juru bicara Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, dalam pesan tertulisnya, seperti dikutip kantor berita Reuters.
Dari empat kota yang disebutkan, hanya Mariupol dan Sumy yang punya jalur evakuasi ke wilayah Ukraina lainnya.
Warga sipil di Kyiv ditawari perjalanan yang aman ke wilayah sekutu Rusia, Belarus, sedangkan warga di Kharkiv akan memiliki koridor yang hanya mengarah ke wilayah Rusia.
Klaim gencatan senjata terbaru dari Rusia ini diambil beberapa hari setelah upaya jeda perang di Mariupol gagal.
Selama jeda perang itu, pasukan Rusia dilaporkan terus menerus memuntahkan pelurunya, menurut Ukraina.
Presiden Ukraina kecam NATO
Dalam perkembangan lain, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengecam keputusan para pemimpin NATO karena kembali menolak memberlakukan zona larangan terbang atas pesawat-pesawat Rusia di negaranya.
Setelah bertemu dengan para menteri luar negeri di Brussel, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan aliansi itu telah membuat "keputusan yang menyakitkan" dengan mengesampingkan seruan zona larangan terbang di atas Ukraina.
Presiden Zelensky marah atas keputusan itu. "Hari ini kepemimpinan aliansi [NATO] memberi lampu hijau untuk pemboman lebih lanjut di kota-kota dan desa-desa Ukraina."
"Semua orang yang mati mulai hari ini juga akan mati karena kalian, karena kelemahan kalian, karena kurangnya persatuan kalian," katanya.
Pertempuran sengit terus berlanjut di utara, timur dan selatan Ukraina.
Ibu Kota Kyiv menghadapi serangan rudal baru Rusia, dengan ledakan terdengar di sekitar ibu kota, sementara kota pelabuhan tenggara Mariupol telah dikepung dan ditembaki, dan pemboman berlanjut di kota-kota timur laut Kharkiv dan Chernihiv.
Serangan Rusia di PLTN makan korban jiwa
Sementara itu, dalam pertemuan darurat di Dewan Keamanan PBB, perwakilan AS mengatakan Rusia telah melakukan serangan yang sembrono terhadap pembangkit nuklir Ukraina, Zaporizhzhya, yang merupakan terbesar di Eropa pada Kamis malam (03/03).
Para pemimpin dunia juga menyebut serangan di PLTN sebagai hal yang "mengerikan, ceroboh dan tidak dapat diterima."
Pemantau internasional mengatakan tidak ada bahan radioaktif yang bocor dan reaktor itu masih aman.
Namun beberapa orang meninggal atau terluka dalam kebakaran yang terjadi akibat gempuran Rusia atas pembangkit nuklir tersebut, menurut kementerian luar negeri Ukraina.
Pasukan Rusia menguasai PLTN yang terletak di Ukraina selatan itu pada Jumat (04/03) setelah gempuran yang menyebabkan kebakaran.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengatakan serangan Rusia terhadap PLTN Zaporizhzhya dapat menyebabkan kerusakan "enam kali lebih parah dari Chernobyls."
Kebakaran telah dipadamkan dan para pekerja memonitor PLTN Zaporizhzhia untuk memastikan keamanan dan tingkat radiasi dalam level normal, menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Ukraina melalui Facebook.
Bila proses pendinginan bahan bakar nuklir terganggu, bisa terjadi kerusakan radioaktif dalam skala besar.
Badan pengawas nuklir PBB mengatakan sejauh ini tingkat radiasi dan keamanan reaktor tidak terganggu.
Namun para pakar nuklir mengatakan serangan itu menyebabkan situasi yang penuh risiko.
Bila reaktor dan gedung reaktor rusak, reaktor bisa menjadi panas dan meleleh. Radiasi PLTN dapat menyebar dan dampak mereka yang terpapar akan sangat parah dan lama, termasuk menyebabkan kanker.
Seperti yang diungkapkan presiden, kata pernyataan Kemenlu Ukraina, bencana nuklir di sana bisa lebih buruk dibandingkan Chernobyl and Fukushima.
"Rusia secara sadar melakukan serangan bersenjata ke pembangkit nuklir, tindakan yang melanggar semua perjanjian internasional dalam kerangka Badan Tenaga Atom Dunia, IAEA [International Atomic Energy Agency]," kata pernyataan itu.
Ukraina mendesak komunitas internasional untuk membantu pasukan Rusia angkat kaki dari wilayah itu untuk menjamin keamanan.
Kasus dugaan kejahatan perang
Selagi pertempuran berlangsung, Kepala Jaksa Mahkamah Pidana Internasional (ICC), Karim Khan, mengumumkan bahwa dirinya telah membuka penyelidikan mengenai potensi kejahatan perang yang dilakukan Rusia di Ukraina.
"Kantor saya telah menemukan dasar yang meyakinkan bahwa kejahatan di dalam yurisdiksi Pengadilan ini telah dilakukan. Kantor saya juga telah mengidentifikasi potensi kasus-kasus yang bakal dapat diterima," kata Khan.
Selain kemungkinan kejahatan perang, lanjut Khan, penyelidikan juga akan diarahkan ke kasus dugaan kejahatan terhadap kemanusiaan dan genosida oleh semua pihak dalam konflik ini. Penyelidikan juga akan mencakup pencaplokan Krimea oleh Rusia pada 2014.
Majelis Umum PBB telah menggelar sesi darurat untuk mengutuk invasi Rusia ke Ukraina serta menyerukan agar tentara Rusia ditarik mundur sesegera mungkin.
Dalam sesi darurat yang jarang dilakukan itu, sebanyak 141 negara mendukung kecaman terhadap Rusia dan hanya lima yang menentang resolusi, termasuk Suriah dan Korea Utara.
Lima negara abstain, termasuk China dan India.
Sumber: okezone