Demo Memasak Bu Mega, Seruan Boikot Migor -->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Demo Memasak Bu Mega, Seruan Boikot Migor

Selasa, 29 Maret 2022 | Maret 29, 2022 WIB | 0 Views Last Updated 2022-03-29T04:40:22Z

OLEH: NOVIYANTO AJI*
NEGARA kalah melawan mafia minyak goreng. Sudah pasti. Klaim Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi ini membuat banyak orang terhenyak.

Bagaimana mungkin negara bisa kalah melawan para mafia? Negara kok kesannya diatur-atur untuk membuat kebijakan sesuai perrmintaan para mafia. Aturan harga eceran tertinggi atau HET. Para mafia girang.

Sangat gamblang permainan mereka. Membuat minyak goreng langka di pasaran. Tapi ketika harga dinaikkan, tiba-tiba saja stok minyak goreng berlimpah.

Melihat ini, Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri sangat prihatin. Mengatakan pada rakyat terutama kalangan emak-emak untuk tidak lagi tergantung pada minyak goreng.

Tidak sedikit yang mengkritik Bu Mega. Kata-katanya dianggap nyelekit. Dibilangnya Bu Mega tidak peka terhadap kondiai bangsa. Kesan yang ditangkap, Bu Mega seolah-olah menjadi tameng bagi pemerintah yang sudah menyerah mengatasi polemik minyak goreng. Bahkan kini Bu Mega mengadakan demo memasak tanpa menggunakan minyak goreng.

Orang-orang terutama emak-emak masih belum ngeh dengan apa yang dilakukan Bu Mega. Padahal seruan tidak menggunakan minyak goreng ini telah membuat kubu pemerintah dan mafia minyak goreng kebakaran jenggot.

Ya, di saat pemerintah menyerahkan harga minyak goreng ke pasar dan 'membahagiakan' para mafia, langkah Bu Mega justru membuat mereka kepanasan.

Meski tidak dikatakan secara lesan, namun langkah Bu Mega ini seperti menyerukan pada emak-emak di seluruh Indonesia bahwa 'sudah saatnya kita melawan para mafia minyak goreng'. Caranya dengan tidak membeli minyak goreng alias memboikot produk-produk mereka.

Bu Mega ingin menunjukkan bahwa kendali masih di tangan rakyat, bukan di tangan mafia. Saat negara sudah menyerah melawan mafia, maka people power adalah solusi.

Bu Mega ingin menunjukkan pada para mafia agar jangan bermain-main dengan emak-emak. Satu emak-emak tersakiti, maka emak-emak lain akan merasa tersakiti. Apalagi jika perasaan yang tersakiti itu berhubungan dengan urusan dapur.

Ya, Bu Mega ingin menunjukkan pada negara, bahwa emak-emak tidak butuh minyak goreng. Tanpa minyak goreng rakyat masih dapat bertahan hidup. Tanpa minyak goreng emak-emak masih bisa memasak makanan untuk keluarganya. Tanpa minyak goreng emak-emak bisa merebus makanan mereka.

Bu Mega juga mengingatkan pada mafia, bahwa Indonesia memiliki budaya kuliner beraneka ragam. Terutama budaya kuliner. Banyak kuliner Indonesia yang bisa dimasak tanpa menggunakan minyak goreng. Seperti masakan Sunda yang cara pengolahannya banyak tanpa digoreng. Itu belum termasuk kuliner Jawa, Bali, Padang, dan lain-lain.

"Jadi kenapa kok saya dibilang 'Ibu ini tidak peduli kalau tidak ada minyak goreng', saya sangat peduli. Tapi anak-anak kita dikasih apa kalau ibu-ibu seharian antre minyak goreng? Anak-anak sudah dibuatkan makan belum ya kalau sudah pulang sekolah?" Demikian kata Bu Mega.

Ucapan Megawati soal antrean minyak goreng justru karena kekesalannya pada keadaan di mana rakyat dipermainkan sangat tidak manusiawi.

Dengan cara ini Bu Mega sepertinya ingin melawan ketidakadilan yang dipertontonkan negara pada rakyat. Bukan dengan cara bermelas-melasan, mengasihi diri sendiri, mengiba satu sama lain. Melainkan harus dengan cara perlawanan.

Silakan negara bermain-main dengan para mafia. Silahkan negara dan mafia cari untung dari penderitaan rakyat, tapi jangan harap rakyat mau membeli. Jangan harap rakyat mau diplokoto terus-terusan.

Rakyat tidak bodoh. Negara yang terlalu bodoh karena terus-terusan disetir mafia untuk membodohi rakyat. Maka, jangan salahkan rakyat jika marah dan memboikot minyak goreng. 

*(Penulis adalah wartawan RMOLJatim)
×
Berita Terbaru Update
close