Pilu! Desi Terpaksa Berjualan Es dan Opak untuk Biayai Ibu Sakit, Ayah Meninggal Akibat Covid-19 -->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Pilu! Desi Terpaksa Berjualan Es dan Opak untuk Biayai Ibu Sakit, Ayah Meninggal Akibat Covid-19

Minggu, 13 Maret 2022 | Maret 13, 2022 WIB | 0 Views Last Updated 2022-03-13T15:20:17Z

WANHEARTNEWS.COM - Kontrakan satu petak yang berlokasi di RW 09 Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang, menjadi saksi bisu kepiluan Desi anak yang berusia 12 tahun.

Dinding bercat hijau toska itu menjadi saksi bocah yang saat ini duduk di bangku kelas 6 SD menangis lirih.

Orang tuanya meninggal akibat terjangkit Covid-19. Ayahnya bernama Ahmad Husein (56) meninggalkan Desi untuk selama-lamanya.

Sedangkan ibunya Sudarti (47) kerap kali sakit-sakitan. Di kontrakan itu Desi hanya tinggal berdua dengan ibunya.

Gadis berparas manis ini pun harus rela mencari uang untuk memenuhi kehidupannya. Sambil sekolah Desi terpaksa berjualan. 

"Iya jualan, ayah sudah tidak ada," ujar Desi tampak sedih saat dijumpai Warta Kota di tempat tinggalnya, Rabu (2/3/2022).

Sang ayah pergi untuk meninggalkan Desi pada medio Juli 2021 silam. Ayahnya bekerja sebagai petugas sekuriti di sebuah perusahaan swasta.

"Ayah sudah enggak ada, enggak ada yang biayain. Tinggal saya dan ibu," ucapnya terlihat sendu.

Dalam kesehariannya Desi berjualan es dan opak. Es beserta opak itu dari tetangganya.

"Keliling sekitar kampung sini jualannya," kata Desi. 

Hasil jualannya itu disisihkannya untuk membantu ibunya. Sang ibu menjadi kuli cuci namun kondisi fisiknya terkadang melemah.

"Kasihan juga sama ibu capek. Makanya saya bantu-bantu. Kalau habis jualan juga saya ngupasin bawang, uangnya buat ibu," ungkap anak kelas 6 SD ini terdengar haru.

Mereka pun tiap bulannya juga harus membayar sewa konntrakan. Dalam sebulan mereka membayar sewa Rp. 600 ribu.

"Pernah sampai seharian saya sama ibu tidak makan. Tahan lapar habis memang tidak punya uang," imbuhnya.

Belum Dapat Bantuan

Sebagai anak yatim dan hidupnya keterbatasan, Desi belum mendapat uluran bantuan. Baik itu dari tingkat pemerintah mau pun di sekolahnya.

Anak berumur 12 tahun ini mengenyam pendidikan di SDN Daan Mogot 3, Kota Tangerang. Menurut sang ibu Sudarti anaknya itu belum mendapatkan bantuan dari sekolahnya.

"Iya sekolah sudah tau kalau ayah Desi meninggal karena Covid-19. Tapi sampai saat ini memang belum mendapatkan bantuan apa-apa," jelas Sudarti.

Ia menjelaskan dari pihak Kelurahan serta Kecamatan pun sampai saat ini belum ada uluran bantuan. Sudarti pun merasakan kegetiran mendalam mengurus buah hatinya itu seorang diri.

"Kasihan kalau melihatnya anak saya sampai keliling-keliling berjualan," tuturnya menitikan air mata.

Dirinya berharap agar dapat diberi ketegaran dalam menghadapi ujian ini. Dan Desi pun tumbuh untuk meraih cita-citanya.

"Kalau dapat bantuan biasanya hari Jumat dari sedekah Masjid di sekitar rumah," beber Sudarti. 

Menjadi Guru

Walau pun hidup dalam kepahitan, Desi memiliki asa untuk menggapai cita-citanya. Dia berhasrat ingin menjadi pengajar di masa kelak.

"Mau jadi guru," kata Desi. 

Dirinya bericita-cita menjadi guru karena mempunyai alasan. Ia ingin mengajar anak-anak yang senasib dengannya.

"Pengin ngajarin anak-anak yang enggak mampu. Seneng rasanya kalau bisa bagi ilmu," ungkapnya.

Di sekolah Desi kerap kali mendapat rangking. Dia siswa berprestasi di kelasnya.

"Alhamdulillah rangking 2. Habis lulus SD mau lanjutkan ke sekolah unggulan SMPN 2 Kota Tangerang," ucap Desi.

Dalam pembelajaran jarak jauh tentunya ada saja kendala yang ditemui Desi. Dia terkadang tak mempunyai kuota internet untuk mengikuti sekolah online tersebut.

"Enggak punya pulsa ke rumah temen nebeng pakai WiFi," papar Desi.

Sumber: wartakota
×
Berita Terbaru Update
close