WANHEARTNEWS.COM - Agresi militer Rusia terhadap Ukraina masih terus berlanjut. Korban tewas baik dari masyarakat sipil maupun tentara sudah begitu banyak. Kota-kota hancur, orang-orang ketakutan, dan diktator Rusia yang tak berakal sehat masih terus menggempur Ukraina.
Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamiamin mengatakan bahwa pengeboman besar-besaran dan penembakan rudal yang dilakukan oleh Rusia terhadap pemukiman warga sipil di kota-kota Ukraina sudah bukan rahasia lagi.
Federasi Rusia dan diktatornya, Putin, telah melakukan tindakan kejahatan terhadap kemanusiaan yang sungguh keterlaluan.
"Ukraina sedang berada di ambang krisis kemanusiaan, dan saya tahu ini bukan dari media, tetapi langsung dari ibu saya yang berusia 74 tahun, dari ketiga anak saya, istri saya, juga banyak teman saya di sana," papar Hamiamin dalam surat terbukanya untuk Pemerintah Indonesia, yang dijuga diterima Redaksi Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (5/3).
Ribuan video dan foto tindakan kejam Rusia akan menjadi bukti utama bagi Pengadilan Den Haag, yang kelak pasti akan dihadapi oleh Putin serta para kaki tangannya.
"Bukankah itu alasan yang tepat bagi Indonesia untuk angkat bicara? Untuk berani berdiri menentang kejahatan perang serta kejahatan terhadap kemanusiaan, dan mengutuk keras Rusia dan Putin? Untuk mengecam serta menyebut nama agresor?" tulis Hamianin, yang di awal surat telah mengungkapkan betapa Ukraina masih terus berjuang melawan serangan yang tak beralasan dan tak dapat dibenarkan, yang membuat nasib Ukraina berada di ujung tanduk.
"Saya sangat berharap kita masih mengingat negara mana yang pada tahun 1945-1949 mendukung Indonesia di PBB, ketika tanah air Yang Mulia menghadapi tantangan dari negara-negara besar. Bukankah itu negara Ukraina dan Wakil Tetapnya, yaitu Dmytro Manuilsky?" Ia memaparkan lagi sejarah dukungan Ukraina untuk Indonesia.
Ia menyinggung bahwa ada banyak warga Muslim yang juga mati terbunuh oleh karena serangan Rusia.
"Para pejuang Muslim Ukraina pun dengan berani bergabung dengan barisan Tentara Ukraina untuk membela Ukraina," tegasnya.
Ia kemudian memperingatkan bahwa sanksi internasional yang dikenakan kepada Rusia atas invasi ini akan turut mempengaruhi perekonomian Indonesia.
"Apakah Yang Mulia siap untuk tetap diam sementara orang Indonesia menderita pula? Hanya karena agresi Rusia terhadap Ukraina?" tanyanya, menambahkan bahwa proyek kerja sama Indonesia dengan Federasi Rusia saat ini berjalan tersendat-sendat, bahkan kemungkinan tidak terwujud karena adaanya agresi ini.
"Bangsa Indonesia adalah bangsa yang bangga dan berani, yang menghendaki perdamaian dan stabilitas. Kini, Indonesia sedang berkembang menjadi salah satu kekuatan global dan bukan hanya sekedar pemimpin regional. Apakah Indonesia akan tetap diam?" tandasnya.
"Apakah Indonesia siap kedudukannya sebagai pemimpin global dan regional tercoreng hanya demi sentimen terhadap Uni Soviet dan persahabatan di masa lalu? Apakah Indonesia siap? Apakah Indonesia rela mempertaruhkan citranya sebagai benteng perdamaian dan keamanan – hanya demi apa?" lanjutnya lagi.
Hamianin berharap, Pemerintah Indonesia berani mengecam agresi Rusia dan mendukung Ukraina – serta seluruh dunia – dalam melawan invasi.
Tiada bangsa yang bisa tetap acuh tak acuh saat bangsa lain sedang terancam dihancurkan sepenuhnya, menurutnya. Tiada justifikasi bagi agresi. []
Sumber: rmol