Enak ya jadi pengusaha sawit kelas kakap.
Lahannya nggak perlu beli. Cukup izin konsesi. Hutan yang harusnya ditebang yang biayanya pasti mahal, eh tahu-tahu terbakar sendiri.
Sudah gitu, masih dapet subsidi triliunan pengelolaan lahan sawit itu.
Proses pengolahan dari sawit menjadi minyak goreng, bahan bakar yang digunakan solar. Bahan bakar yang bersubsidi. Padahal BBM jenis ini harusnya hanya boleh digunakan untuk transportasi publik.
Dari mulai pengadaan lahan, pengolahan bahan, hingga distribusi, hampir semuanya dapat subsidi.
Tapi jualnya harga pasar. Bahkan lebih mahal karena faktor 'harga keekonomian'. Ekonomi pemilik kebun sawit maksudnya.
Kalau nggak bisa mengolah sawitnya jadi migor, tidak perlu khawatir. Jual untuk kebutuhan program mandatory bio-diesel. Dapet subsidi lagi dari pemerintah.
Pengen jadi pengusaha sawit kelas kakap. Bosen jadi rakyat biasa. Walaupun sama-sama bayar pajak, boro-boro dapet subsidi. Ngurus KTP aja susah.
Tapi masalahnya, saya nggak kenal Luhut.
[Wendra Setiawan]