WANHEARTNEWS.COM - Induk perusahaan Facebook yang belum lama ini berganti nama menjadi Meta mengungkapkan bahwa mereka baru saja melakukan investasi besar untuk pembangunan jaringan kabel bawah laut miliknya. Investasi ini diklaim bakal mendorong pertumbuhan pesat ekonomi terutama untuk kawasan Eropa dan Asia Pasifik yang dalam satu dekade terakhir memiliki pembangunan infrastruktur jaringan internet bawah laut yang masif.
Pernyataan tersebut dikeluarkan Meta mengacu dari hasil penelitian dua studi dari Analysys Mason dan RTI Internasional tentang dampak dari kabel bawah laut yang diinvestasikan Meta di dua wilayah yaitu Eropa dan Asia Pasifik. Melalui keterangan resminya, Meta menyebut bahwa penelitian tersebut mencatat ada potensi sebesar USD 600 miliar atau setara Rp 8,6 kuadraliun yang bisa dihasilkan terhadap PDB di Eropa dan Asia Pasifik pada 2025 dengan kehadiran jaringan bawah laut yang dihadirkan Meta.
Investasinya itu berasal dari kerja kolaboratif antara Meta dengan mitra lainnya termasuk Pemerintah dalam hal menyiapkan sistem kabel bawah laut untuk jaringan telekomunikasi baik di Kawasan Eropa dan Asia Pasifik.
“Di Indonesia, investasi kabel bawah laut kami diprediksikan dapat meningkatkan PDB hingga USD 59 miliar (setara Rp 845,9 triliun) secara kumulatif antara tahun 2023 hingga 2025 dan membantu menciptakan 1,8 juta lapangan kerja dalam bidang konstruksi, telekomunikasi, dan industri yang berbasiskan layanan jasa seperti keuangan, kesehatan, teknologi informasi, dan pendidikan pada tahun 2025,” ujar pihak Meta melalui keterangan resminya.
Rencana investasi Meta untuk sistem jaringan kabel bawah laut memang masuk akal mengingat saat ini semakin banyak orang terhubung ke internet di mana saja dan kapan saja. Sejak kehadirannya, internet sendiri telah berkembang dari hal yang sangat baru hingga kini menjadi sebuah kebutuhan dasar.
Internet membantu orang-orang mencari pekerjaan, membantu perusahaan mengatur rantai suplai mereka, dan mendukung usaha kecil menjangkau lebih banyak pelanggan. Seiring dengan semakin meningkatnya ketergantungan orang terhadap internet dalam kehidupan sehari-hari, tingkat pertumbuhan gabungan tahunan internet dikatakan telah mencapai 27 persen.
Situasi pandemi sendiri semakin memperkuat kebutuhan terhadap konektivitas ketika semua orang beralih ke konferensi video dan siaran langsung untuk terhubung dengan seluruh informasi di dunia. Permintaan terhadap kapasitas internet yang andal pun terus meningkat saat ini.
“Kini kami terus bermigrasi ke penerapan yang lebih imersif yang akan menciptakan landasan untuk metaverse. Masa depan ini sangat bergantung pada jaringan internet yang tepercaya dan andal, dan layanan inilah yang akan diberikan oleh infrastruktur kabel bawah laut,” lanjut Meta.
Hingga saat ini, Meta mengklaim telah berinvestasi dalam beberapa sistem bawah laut di Asia Pasifik, melakukan diversifikasi rute dan menghubungkan lebih banyak komunitas. Dua dari sistem ini telah beroperasi: Asia-Pacific Gateway and Jupiter. Kabel-kabel ini menjelajahi berbagai kawasan, melintasi Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Amerika Serikat.
“Kami juga telah mengumumkan rencana untuk berinvestasi dalam delapan kabel bawah laut baru, yang dijadwalkan untuk mulai beroperasi antara tahun ini dan 2025. Dua kabel bawah laut, Echo dan Bitfrost, melewati Selat Luzon dan menjadi kabel pertama yang menghubungkan Jakarta, Indonesia secara langsung dengan Amerika Serikat,” tandas Meta.
Kabel bawah laut lainnya, yang dikenal sebagai Apricot, akan menghubungkan Singapura, Jepang, Taiwan, Guam, Indonesia, dan Filipina. Apricot akan menjadi kabel bawah laut pertama lintas Asia yang menghindari jalur terpadat di Laut China Selatan.
Sumber: jawapos