WANHEARTNEWS.COM - Invasi Rusia ke Ukraina membuat harga gandum menjadi yang tertinggi selama 14 tahun terakhir. Hal tersebut berdampak pada negara-negara konsumen roti.
Invasi Rusia pada 24 Februari telah berdampak buruk juga pada perdagangan pelabuhan-pelabuhan laut hitam, yang membuat harga standar internasional gandum naik hingga 40 persen. Dan lebih jauh mendorong inflasi pangan global yang sudah sebelumnya mencapai yang tertinggi selama satu dekade.
Menurut Juru Bicara Program Pangan Dunia PBB Julie Marshall disrupsi pasokan dari Rusia dan Ukraina, keduanya berkontribusi pada 30 persen ekspor gandum dunia dan 20 persen ekspor jagung, akan berdampak pada ketahanan pangan jutaan orang.
"Terutama di Timur Tengah dan Afrika Utara, yang memiliki ketergantungan tinggi pada impor," ujarnya seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (5/3/2022).
Bahkan, konsumen-konsumen di dua negara penghasil gandum terbesar dunia, Kanada dan Amerika Serikat akan menanggung akibat dari invasi Rusia ke Ukraina.
Ketua Asosiasi Juru Roti Amerika Robb MacKie mengatakan, "Sayangnya untuk jangka pendek dan menengah inflasi pangan dan harga bahan-bahan pembuat roti di Amerika akan semakin tinggi. Ini akan sangat berdampak pada kelompok paling rentan di Amerika," ucapnya.
Padahal, beberapa Minggu sebelum harga gandum melonjak tinggi, dampak invasi Rusia ke Ukraina,, toko-toko roti di Alberta, Kanada, sudah menaikan harga hingga 7 persen untuk menutup biaya produksi akibat kekeringan yang terjadi di Kanada tahun lalu, inflasi harga tepung, dan ragi.
Diketahui, Ukraina merupakan lumbung roti Eropa. Negara tersebut pemasok utama biji-bijian ke negara-negara dari Afrika Utara dan Timur Tengah hingga Asia Tenggara.
Di antara hasil panennya, gandum memegang peranan paling penting sebagai sumber makanan pokok bagi penduduk negara-negara yang bergantung pada impor dari Ukraina.
Sumber: tribun