WANHEARTNEWS.COM - ISIS menyatakan perang Rusia Ukraina adalah perang salib yang terjadi antara sesama tentara salib. ISIS berharap perang tersebut akan menghancurkan musuh Islam.
Pernyataan itu dituliskan ISIS dalam artikel satu halaman penuh di buletin milik kelompok ini al-Naba. Mereka juga mengatakan Muslim tidak boleh memihak dalam perang. ISIS meramalkan bahwa akan ada konsekuensi besar terlepas dari hasil perang tersebut.
Dalam editorialnya, ISIS mengatakan, "Apa yang terjadi hari ini, perang berdarah antara tentara salib Ortodoks Rusia dan Ukraina hanyalah salah satu contoh hukuman Tuhan bagi mereka, seperti yang dijelaskan dalam Al Qur'an."
"Apakah panjang atau pendek, perang Rusia Ukraina ini hanyalah awal dari perang berikutnya antara negara-negara Tentara Salib, gambar kehancuran dan kematian yang kita lihat hanyalah adegan kecil dari situasi di mana perang besar dimulai."
ISIS menambahkan invasi itu tidak mengejutkan. ISIS mengatakan perang terjadi akibat meningkatnya persaingan antara Amerika dan Rusia untuk mengendalikan negara-negara Eropa Timur, terutama setelah kebijakan dukungan dan penahanan yang dilakukan Amerika.
Perang menyebabkan pertikaian akan berpihak ke mana. Presiden Rusia Vladimir Putin telah membentuk aliansi dengan Bashar al-Assad melawan ISIS dalam perang saudara Suriah. Sementara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky adalah Yahudi dan Ukraina adalah anggota Koalisi Global untuk Mengalahkan ISIS.
ISIS mengatakan invasi itu adalah hukuman yang lucu terhadap Rusia Ukraina karena tidak percaya terhadap Tuhan yang Maha Esa. Dalam artikel itu disebutkan pula bahwa pejuang salib melawan tentara salib masih dalam masa pertumbuhan. "Tuhan akan mengabadikan perang mereka dan menghancurkan hati mereka," kata ISIS seperti dilansir dari Daily Mail, Kamis, 10 Maret 2022.
ISIS juga tidak mendukung pasukan Muslim Chechnya yang telah direkrut ke dalam perang oleh Putin. Mereka mencap para pejuang yang dipimpin oleh Ramzan Kadyrov adalah milisi murtad.
ISIS menyamakan pasukan Chechnya dengan mantan presiden Afghanistan Hamid Karzai yang berjuang bersama George Bush dan AS melawan Taliban.
Pekan lalu, Kremlin mengklaim AS melatih jihadis ISIS untuk berperang bersama Ukraina dalam perang. Badan intelijen Rusia mengatakan AS telah melatih para teroris dalam metode perang subversif dan teroris dengan fokus pada wilayah Donbass.
Sumber: tempo