WANHEARTNEWS.COM - Serangan militer di Ukraina telah memakan banyak korban jiwa. Penduduk sipil juga berjatuhan akibat serangan tersebut.
Di kota pelabuhan Mariupol, proses evakuasi warga sipil pada Minggu (6/3) terpaksa harus gagal karena serangan yang meningkat. Itu merupakan upaya evakuasi kedua yang dilakukan otoritas.
Pada Sabtu (5/3), otoritas berusaha mengeluarkan orang-orang dari Mariupol, salah satu tempat yang digempur habis-habisan. Namun berakhir gagal karena pelanggaran gencatan senjata.
Upaya yang dilakukan pada Minggu juga harus berujung serupa, dengan pihak-pihak yang bertikai kembali bertukar tudingan.
Lewat panggilan telepon dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden Rusia Vladimir Putin menyalahkan Ukraina karena tidak menepati kesepakatan.
Tetapi menurut keterangan gubernur wilayah timur Donetsk, Pavlo Kirilenko, akses untuk mengevakuasi di Mariupol penduduk tertutup karena pasukan Rusia mulai membombardir kota.
Satu keluarga yang berhasil melarikan diri dari kota tersebut ke Dnipro menceritakan pengalaman mengerikan mereka.
"Kami tinggal di ruang bawah tanah selama tujuh hari tanpa pemanas, listrik atau internet dan kehabisan makanan dan air," kata salah satu dari mereka.
"Di jalan, kami melihat ada mayat di mana-mana, orang Rusia dan Ukraina. Kami melihat orang-orang telah dikuburkan di ruang bawah tanah mereka," lanjutnya.
Invasi Rusia ke Ukraina telah menyebabkan lebih dari 1,5 juta orang melarikan diri. PBB bahkan menyebutnya sebagai krisis pengungsi yang tumbuh paling cepat di Eropa sejak Perang Dunia II.
Sumber: RMOL