WANHEARTNEWS.COM - Amerika Serikat (AS) telah meningkatkan kehadirannya di Laut China Selatan secara signifikan, yang terlihat dari semakin banyaknya latihan militer yang dilakukan Washington di perairan tersebut.
Lembaga think-tank di Beijing, Inisiatif Penyelidikan Situasi Strategis Laut China Selatan, menyebut AS melakukan setidaknya 95 latihan militer di perairan teersebut pada tahun lalu. Itu artinya 10 lebih banyak dari tahun 2019.
Dalam laporan lembaga tersebut, direkturnya, Hu Bo mengatakan militer AS telah mempertahankan kehadiran yang cukup kuat di dekat China sejak 1949. Namun operasi meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Meningkatnya latihan militer AS tidak hanya berdasarkan skala dan frekuensi, namun persiapan pada pertempuran nyata dengan China.
Pada Agustus 2021, AS, bersama dengan Australia, Inggris, dan Jepang, melakukan latihan angkatan laut terbesarnya dalam 40 tahun, yang melibatkan sekitar 25 ribu personel militer yang beroperasi di 17 zona waktu dari Eropa hingga Asia.
Sekitar 1.200 sorti patroli maritim dan pesawat pengintai melakukan pengumpulan intelijen jarak dekat di atas Laut China Selatan tahun lalu.
AS mencatat banyak rekor pada bulan November, termasuk 94 sorti, jumlah terbesar dalam satu bulan, dan 10 penerbangan, yang merupakan jumlah tertinggi dalam satu hari.
Selain itu, AS mencapai jarak pengawasan terdekat ke garis dasar perairan teritorial China pada 15,9 mil laut atau sekitar 29 km dari China.
"AS terus mencatat rekor dalam hal jarak antara pesawat pengintainya dan garis dasar laut teritorial China, yang menimbulkan risiko militer yang semakin tinggi," kata laporan itu.
Mengenai kegiatan oleh pasukan militer strategis, AS mengirim pendaratan amfibi dan kelompok serangan kapal induk ke Laut Cina Selatan pada 12 kesempatan pada tahun 2021, hampir dua kali lipat dari total tahun sebelumnya.
Kapal selam nuklir juga melakukan setidaknya 11 transit melalui perairan, bersama dengan 22 serangan mendadak oleh pembom strategis B-1B dan B-52H.
Hu mengatakan "strategi Indo-Pasifik" AS sangat terkait dengan geopolitik dan keinginannya untuk mempertahankan dominasi maritim di kawasan itu.
Akibatnya, AS kemungkinan besar akan terus mengintensifkan kegiatan militernya di dekat China, seperti di Laut China Selatan, Laut China Timur, dan Selat Taiwan.
Sumber: RMOL