WANHEARTNEWS.COM - Perdana Menteri Pakistan Imran Khan kembali mengecam kekuatan asing, yang dikatakannya mencoba menekan negaranya untuk memutuskan hubungan dengan Rusia atas operasi militernya di Ukraina.
Dalam sebuah pertemuan publik di kota Dargai pada Minggu (20/3), Khan menjelaskan mengapa dia menolak untuk bergabung dengan paduan suara internasional yang mengutuk Rusia atas serangannya terhadap Ukraina, dengan mengatakan bahwa Pakistan tidak akan mendapatkan apa-apa dengan memenuhi permintaan tersebut.
"Para diplomat yang mewakili hampir dua lusin misi, termasuk negara-negara Uni Eropa bersama dengan Jepang, Swiss, Kanada, Inggris dan Australia, melanggar protokol dengan membuat permintaan dalam surat 1 Maret," katanya, merujuk pada desakan agar Khan mengutuk Rusia, seperti dikutip dari RT, Senin (21/3).
"Saya belum membungkuk di hadapan siapa pun dan tidak akan membiarkan bangsa saya juga tunduk," katanya.
Khan juga kembali mengulangi penyesalannya mengikuti kemauan Amerika dalam operasi militer di Afghanistan. Mengatakan itu sebagai contoh keputusan kebijakan yang dipaksakan oleh Barat yang pada akhirnya tidak membawa apa-apa selain penderitaan bagi Pakistan.
“Saya bersumpah bahwa saya tidak akan bersujud di hadapan siapa pun selain Tuhan,” kata Khan.
“Kami menjadi bagian dari perang Amerika melawan teror di Afghanistan dan kehilangan 80.000 orang dan 100 miliar dolar AS," katanya.
Pakistan telah berada di bawah tekanan Barat yang meningkat untuk secara terbuka mencela dan menjauhkan diri dari Moskow, setelah negara itu abstain dari resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengutuk tindakan militer Moskow terhadap Kiev, memilih untuk tetap netral bersama 34 negara lain, termasuk China, Afrika Selatan dan India.
Meskipun menjadi kritikus vokal terhadap pemerintah India yang dipimpin oleh Perdana Menteri Narendra Modi, Khan memberikan pujian kepada negara tetangganya karena membuat keputusan "independen" demi kepentingan warganya.
Sumber: rmol