Paket Anies-AHY
Oleh: Erizal
Di tengah rumor penundaan Pemilu, deklarasi paket Anies-AHY menyeruak. Sepintas lalu, menarik. Sipil-militer, muda-muda, sama-sama intelek, dan sama-sama memiliki elektabilitas.
Demokrat, AHY, tentu diuntungkan. Anies belum tentu. Melengkapi satu dua partai lagi, tentu tak mudah. Menerima Anies yang tak punya partai, "diberatkan" lagi menerima AHY.
PDIP, jelas tak mau. Koalisi Demokrat-PDIP, apalagi mengusung paket Anies-AHY, mustahil. Gerindra, sama juga. Prabowo sepertinya harga mati. Dulu saja AHY ditolak Prabowo, apalagi kini? Berat.
Golkar? Berat juga. Dengan partai yang jauh di atas Demokrat, mengusung paket Anies-AHY, belum berbau tunjuk. PKB? Kalkulasi Cak Imin lebih njlimet. Tunda Pemilu saja, ia mau tampil.
NasDem sebetulnya lebih dulu dekat dengan Anies. Tapi paket Anies-AHY bisa bikin NasDem berbalik. Selain butuh partai lain, lahirnya NasDem juga ada kaitan dengan kontra SBY.
PKS, PAN, PPP, juga tak mudah dikonsolidasi buat menerima paket Anies-AHY. Dua periode 2004 hingga 2014, terlalu membekas dan tak mudah diulang. Aktornya, masih itu ke itu saja.
Kalau mau, Demokrat harus melakukan "judicial review" PT 20%. Gugatan ke MK. Legal standing pasti masuk. Kalau tidak, ya berat.
Tapi bila Paket Anies-AHY sekadar menaikkan elektabilitas, ya lebih dari cukuplah.
(*)