WANHEARTNEWS.COM - Ukraina makin mencekam, Pasukan pro-Rusia mengklaim telah menguasai balai kota di Mariupol pada Kamis (24/3/2022) seiring invasi ke Ukraina menembus bulan pertama. Menyebut agresi itu sebagai ‘pembebasan’, mereka kemudian mengibarkan bendera Rusia di kota itu.
Pemimpin pasukan Chechnya, Ramzan Kadyrov, mengunggah sebuah rekaman telepon dengan anggota parlemen Kremlin, Adam Delimkhanov. Dalam rekaman itu, Delimkhanov berbicara kepada pasukan yang ia gambarkan sebagai ‘gagah dan berani’ itu.
Ketika serangan menerjang, Kadyrov mengklaim, pasukan pertahanan Kiev segera hengkang dari Mariupol. Militer Chechnya pun bergerak menyapu seluruh kota untuk memberantas sisa serdadu Ukraina.
"Orang-orang itu (pasukan Chechnya) mengirim radio untuk mengatakan bahwa mereka membebaskan gedung otoritas Mariupol dan mengibarkan bendera kami di atasnya," ungkap Kadyrov di Telegram, seperti dikutip dari AFP.
"Bandit Ukraina yang tetap hidup tidak mengambil risiko dan meninggalkan posisi mereka dan melarikan diri. Unit lain bergerak secara paralel melalui kota dan membersihkannya dari kotoran Azov," imbuhnya, mengacu pada pasukan sayap kanan Ukraina, Batalyon Azov.
Kadyrov kemudian mengunggah rekaman lain dalam beberapa jam. Ia mengatakan, Moskow telah membersihkan seluruh penjuru daerah pemukiman di bagian timur kota itu.
Rekaman itu menunjukkan sekelompok tentara yang mengibarkan bendera bergambar pemimpin Chechnya di atas sebuah bangunan yang telah luluh lantak.
"Tentara mengibarkan bendera di atas gedung Kantor Kejaksaan Levoberejny, yang terakhir dibebaskan," ujar Kadyrov.
Meski meraih kemenangan, pasukan Chechnya telah menghadapi kerugian sepanjang agresi Moskow pula. Pada 1 Maret lalu, Kadyrov mengungkap, 2 orang Chenchen telah tewas sedangkan 6 orang lainnya mengalami cedera.
"Sayangnya, sudah ada kerugian di antara penduduk asli Republik Chechnya. Dua tewas, enam lainnya terluka dalam berbagai tingkat," jelas Kadyrov.
Mariupol telah mengalami pengepungan sejak awal invasi Kremlin. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menerangkan, hampir 100.000 orang terjebak di kota itu. Mereka bertahan hidup tanpa pasokan makanan, air, atau listrik di tengah penembakan oleh pasukan Rusia.
Kemlu Ukraina lantas menduga, Rusia telah meluncurkan fase teror terbaru terhadap Mariupol. Pihaknya menyebut Moskow telah mendeportasi paksa sekitar 6.000 penduduk ke kamp-kamp Kremlin.
Sumber: kumparan