WANHEARTNEWS.COM - Istilah "dungu" yang digunakan Rocky Gerung dalam mengkritik Sekjen PSI, Dea Tunggaesti bukan untuk menyerang personal orang, melainkan ide presiden tiga periode yang digaungkan.
Hal tersebut disampaikan politisi Demokrat, Rachland Nashidik mengomentari perdebatan antara Rocky Gerung dan PSI mengenai amandemen UUD 1945 untuk memuluskan presiden tiga periode yang disuarakan PSI.
"'Dungu' yang dimaksud RG (Rocky Gerung) bukanlah serangan terhadap orang, melainkan terhadap pikiran, persisnya terhadap ketiadaan koherensi dalam pikiran," kata Rachland Nashidik dalam keterangan tertulisnya, Jumat (11/3).
Rachland yang juga pendiri Perhimpunan Pendidikan Demokrasi (P2D) ini sepakat dengan pandangan Rocky Gerung mengenai manuver politik PSI. Menurutnya, PSI menunjukkan inkoherensi pemikiran soal isu presiden tiga periode.
Inkoherensi tersebut terlihat pada penolakan PSI terhadap penundaan pemilu dengan alasan inkonstitusional, namun mendukung presiden tiga periode dengan amandemen UUD 1945.
"Ini yang dimaksud Rocky sebagai pikiran 'dungu'. Ini juga contoh dari pernyataan RG bahwa 'ijazah adalah tanda orang pernah sekolah, bukan tanda orang pernah berpikir'," papar Rachland.
Ia mengamini, ide amandemen konstitusi tidak diharamkan. Namun, kata dia, mengamandemen konstitusi dengan tujuan untuk menambahi masa berkuasa presiden lebih berbahaya.
"Ini jelas sangat berbahaya bagi demokrasi konstitusional kita. Apalagi bila ide itu datang dari alamat Istana," tandasnya.
Sumber: rmol