WANHEARTNEWS.COM - Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang diberkahi Tuhan Yang Maha Esa dengan kekayaan yang melimpah. Sehingga, saat ini harus berpikir, tidak lagi bertengkar dengan perkataan "cebong-kampret".
Begitu pesan yang disampaikan oleh aktivis Ratna Sarumpaet saat memberikan sambutan pada peluncuran buku "Aku Bukan Orang" yang diterbitkan oleh Booknesia. Peluncuran buku ini diselenggarakan secara hybrid dari Cagar Budaya Taman Benyamin Sueb, Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis malam (24/3).
Di awal sambutannya, Ratna mengucapkan terimakasih atas kehadiran para peserta dalam peluncuran buku "Aku Bukan Politikus" yang ditulisnya saat berada di dalam tahanan dalam perkara penyebaran berita bohong atau hoax penganiayaan.
"Ketika saya menulisnya di tahanan, ya seperti meredam kemarahan. Tapi kalau begitu kepala saya berputar ke televisi di sel, dan melihat keributan pilpres saat itu di sana, saya seperti mau mati," ujar Ratna seperti dikutip Kantor Berita Politik RMOL, Kamis malam (24/3).
Ratna mengatakan, bangsa Indonesia merupakan bangsa yang diberkahi Tuhan Yang Maha Esa, yang disusul dengan berbagai sejarah.
"Negeri ini kayanya luar biasa. Internasional iri melihat betapa kayanya kita. Indonesia lahir, mengikuti kulturnya sendiri. Indonesia menyusun filosofinya, ideologinya juga, mengikuti perjalanan hidupnya, perjuangan-perjuangannya dan kulturnya. Itu lah Indonesia," papar Ratna.
Pancasila dan UUD 1945, kata Ratna, tidak datang kebetulan dan datang begitu saja. Melainkan bekal yang diberikan oleh Allah SWT agar menjadi sebuah negara yang bersatu, bersaudara, saling merangkul, berbeda tetapi bersama.
Akan tetapi, Indonesia yang indah serta sebaik dan kuatnya filosofi dan ideologi konstitusinya, bisa hancur.
"Kita hancur pelan-pelan, konstitusi kita dilanggar oleh yang membuat sendiri pelan-pelan. Di zaman Order Baru juga dirusak tidak pelan-pelan, tapi dirusak juga," tutur Ratna.
Ratna menyebut bahwa rezim internasional bekerjasama dengan antek-anteknya di MPR dan mempersiapkan cara merusak UUD 1945. Ratna menyebut perusakan UUD 1945 sebagai amandemen.
"Jadi enggak usah, enggak usah marah-marah sama si A, si B, si calon A, si calon B, sebab siapapun yang akan jadi presiden di republik ini, kalau kita tidak kembali ke dalam UUD '45, kita akan hancur," terang Ratna.
Amandemen UUD 1945, dilakukan dengan membuang TAP MPR tentang referendum. Artinya, konstitusi tidak boleh diutak-atik satu huruf kecuali seizin rakyat dengan memberikan rakyat kesempatan referendum.
"TAP Referendum itu dibuang. Jadi jangan kita mengatakan tidak ada cara kembali ke UUD '45. Kalau kita semua bersatu, kalau kita semua berdamai, tidak seperti orang Gilang sekarang. Ada cebong, ada kampret," jelas Ratna.
"Maksud saya, mari kita mulai berpikir, tidak lagi bertengkar, tetapi mencoba, mensiasati, mencoba mencari cara bagaimana caranya supaya kita bisa duduk bersama, bicara tentang nasib bangsa kita ini," sambungnya.
Indonesia saat ini, lanjut Ratna, dianggap telah miskin. Sehingga, harus melakukan pembenahan. Apalagi, rakyat Indonesia merupakan kedaulatan tertinggi di negara Indonesia yang tidak boleh takut dengan segelintir oligarki dan elit.
"Ini yang harus kita pelajari cari bagaimana kita akan membenahi bangsa ini. Saya minta dengan sangat-sangat satu kali lagi, bersatulah. Jangan hanya saling memaki, saling meneriaki, enggak ada gunanya. Karena menurut saya, menurut pendapat saya seyakin-yakinnya, siapapun akan menjadi presiden republik ini, kalau sistemnya masih sistem amandemen, negara ini akan ambles, habis, hilang," pungkas Ratna.
Sumber: RMOL