WANHEARTNEWS.COM - Kepemimpinan Presiden Joko Widodo tengah diuji dunia. Gejolak antara Ukraina dan Rusia, ternyata bagaikan buah simalakama yang harus disikapi dengan baik oleh Indonesia sebagai Presidensi Group of Twenty (G-20) 2022.
Masalah muncul tatkala Amerika Serikat dan sekutunya meminta Indonesia selaku tuan rumah untuk tidak mengundang Rusia dalam pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 di Bali.
Tokoh nasional, DR. Rizal Ramli mengingatkan bahwa permintaan itu tidak boleh dipandang sebelah mata. Sebab, jika Presiden Rusia Vladimir Putin diundang dalam pertemuan KTT G-20, maka Presiden Amerika Joe Biden akan memberikan ancaman kepada Indonesia.
Di satu sisi, tidak diundangnya Rusia juga tetap akan menjadi polemik tersendiri bagi Indonesia.
"Rusia diundang bisa ramai, dan Rusia tak diundang juga bisa ramai. Ini sebagai tes kepemimpinan (Jokowi), saat situasi sulit ini. Nah, punya kemampuan tidak Jokowi mengatasi hal ini?" ujar Rizal Ramli di Tasikmalaya, Senin (28/3).
Menko Perekonomian era Presiden Gus Dur itu yakin Amerika Serikat dan sekutu tidak main-main soal permintaan tidak mengundang Putin. Mereka akan terus memberikan desakan. Apalagi, hingga kini Indonesia diketahui tetap mengundang Putin dalam KTT G-20 di Bali pada 15 hingga 16 November 2022 mendatang.
“G-20 ini kan Presiden Amerika Joe Biden ngancam Indonesia. Ancamannya yaitu satu keluarkan Rusia dari G20. Kalau enggak, (Indonesia) harus undang Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy," imbuh mantan Anggota Tim Panel Ekonomi PBB itu.
Sejatinya, menurut Rizal Ramli, dalam menghadapi polemik itu, Jokowi bisa mencontoh sikap politik founding father yang juga Presiden RI ke-1, Soekarno. Di mana Soekarno punya kemampuan untuk tidak mau terjebak pada konflik Blok Barat dengan Blok Timur.
Ketika ada persaingan antara Blok Barat dan Blok Timur yang memunculkan ketegangan di beberapa negara, Soekarno dan empat pemimpin negara dari Mesir, Ghana, Yugoslavia, serta India langsung mengambil inisiatif mendirikan Gerakan Non Blok.
Tujuannya ada dua. Tujuan ke dalam adalah mengusahakan kemajuan dan pengembangan ekonomi, sosial, dan politik yang jauh tertinggal dari negara maju. Sementara tujuan ke luar adalah berusaha meredakan ketegangan antara Blok Barat dan Blok Timur menuju perdamaian dan keamanan dunia.
“Nah, sekarang tinggal bagaimana Pak Jokowi mengambil sikap? Karena ini ujian bagi kepemimpinan Pak Jokowi di mata dunia internasional," tandas Rizal Ramli.
Presiden AS, Joe Biden meminta agar Rusia harus dikeluarkan dari G-20. Topik ini mencuat selama pertemuan Biden dengan para pemimpin dunia di Brussel, Belgia pada Kamis.
"Jawaban saya adalah iya, tergantung G-20," jawab Biden ketika ditanya apakah Rusia harus dikeluarkan dari kelompok negara perekonomian terbesar itu, dilansir Reuters, Jumat (25/3).
Biden menambahkan, apabila negara-negara seperti Indonesia dan lainnya tidak sepakat untuk mengeluarkan Rusia, lalu menurutnya, Ukraina harus diizinkan untuk menghadiri pertemuan tersebut.
KTT G20 tahun ini akan berlangsung di Indonesia pada Oktober mendatang. Presiden Rusia, Vladimir Putin dikabarkan akan menghadiri pertemuan para pemimpin dunia ini, walaupun sejumlah negara mendesak Rusia dikeluarkan dari G20.
Sumber: RMOL