WANHEARTNEWS.COM - Kherson tumbang, jatuh ke tangan pasukan Rusia. Perlawanan habis-habisan yang dilakukan tentara dan penduduk Ukraina tidak mampu memukul mundur pasukan Kremlin. Kherson menjadi kota besar pertama yang jatuh ke tangan Rusia sejak invasi dimulai 24 Februari lalu.
Kherson adalah wilayah yang strategis. Ia berhadapan langsung dengan Laut Azoz dan terhubung ke Krimea. Pada 2014, Rusia mengambil alih Krimea dari Ukraina secara sepihak. Dengan menguasai Kherson, pasukan Rusia bisa dengan mudah masuk lebih jauh ke wilayah Ukraina lainnya.
Saat ini yang tengah terkepung adalah Mariupol. Seperti Kherson, kota itu menghadap Laut Azoz dan berbatasan dengan Donetsk. Sebagian wilayah Donetsk dikuasai pemberontak Ukraina pro-Rusia. Saat ini jaringan listrik, pemanas, dan air bersih di Mariupol sudah terputus. ’’Ini adalah genosida terhadap penduduk Ukraina. Mereka memutus suplai makanan dan membentuk blokade layaknya ini adalah Leningrad,’’ bunyi pernyataan Dewan Kota Mariupol seperti dikutip The Guardian.
Mereka merujuk pada pengepungan Leningrad di Perang Dunia Kedua. Saat itu Nazi Jerman mengepung Leningrad, Uni Soviet, dan berusaha melumpuhkan kota yang kini bernama St Petersburg tersebut. Usaha itu gagal. Tapi, lebih dari 1 juta nyawa warga sipil melayang.
Rusia saat ini mengubah taktik serangannya. Sebelumnya, mereka mengirimkan prajurit secara langsung dalam jumlah tidak terlalu banyak. Ternyata, cara itu tidak berhasil karena perlawanan sengit warga Ukraina. Kini mereka memilih menembakkan misil jarak jauh ke permukiman penduduk dan fasilitas penting lainnya serta mengirimkan rombongan besar pasukan.
Hujan bom dan rudal juga terjadi di Kiev. Beberapa ledakan besar dilaporkan terjadi di Kiev. Kerusakan gedung-gedung tampak di ibu kota Ukraina tersebut. Rombongan pasukan Rusia dalam jumlah besar tengah menuju ke sana. Jarak mereka 30 kilometer dari Kiev. Intelijen Inggris menyatakan bahwa laju pasukan tersebut lambat karena perlawanan di sepanjang jalan dan masalah logistik.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan, rombongan relawan asing pertama telah tiba di Ukraina untuk membantu melawan Rusia. Jumlahnya mencapai 16 ribu orang. Ukraina tak mendapatkan bantuan pasukan dari NATO, AS, maupun negara-negara Barat lainnya. Mereka hanya dikirimi bantuan kemanusiaan, uang, dan amunisi seakan diminta berjuang sendiri. Karena itulah, Zelensky menyerukan kepada seluruh orang di dunia yang memiliki kemampuan perang untuk bergabung melawan Rusia. Seruan itu dijawab oleh relawan dari berbagai penjuru dunia. Termasuk di Jepang.
Terpisah, Rusia mengungkapkan bahwa tentaranya yang tewas akibat invasi ke Ukraina mencapai 498 orang dan 1.597 lainnya terluka. Itu adalah kali pertama Moskow mengakui ada korban di pihak mereka. Tapi, versi Ukraina, jumlahnya jauh lebih besar. Kiev mengaku berhasil membunuh setidaknya 7 ribu tentara Kremlin dan menawan ratusan orang lainnya. Tidak ada yang tahu ataupun bisa memverifikasi klaim Rusia maupun Ukraina.
Sebagian tentara Rusia yang tewas maupun tertangkap diunggah Ukraina di situs web khusus. Itu dilakukan untuk memudahkan keluarga yang mencari. Ukraina bahkan sempat menawarkan agar para ibu dari Rusia datang menjemput jenazah putra-putranya di Ukraina.
Sementara itu, dialog antara Rusia dan Ukraina kembali berlangsung kemarin. Fokusnya pada gencatan senjata. Zelensky meminta Rusia berhenti mengebom selama dialog berlangsung. Tapi, sepertinya permintaan itu tidak dituruti karena serangan justru terus diluncurkan bertubi-tubi.
Banyak pihak berusaha melobi agar serangan berhenti. Salah satunya Presiden Prancis Emmanuel Macron yang menelepon Presiden Rusia Vladimir Putin. Sayang, hasilnya nihil. ’’Presiden Putin akan melanjutkan intervensi militernya,’’ ujar sumber di Istana lysée seperti dikutip CNN.
Sebanyak 80 WNI tiba di Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), Tangerang, dengan pesawat Garuda Indonesia pukul 17.10 WIB kemarin (3/3). Mereka adalah WNI yang dievakuasi Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dari Ukraina. ”Ada 80 WNI dan 3 WNA yang merupakan keluarga dari WNI yang berada dalam rombongan,” ujar Menlu Retno Marsudi setelah menyambut kedatangan rombongan di Bandara Soetta.
Sebelumnya tim penjemput berangkat pada Selasa (1/3) pukul 18.40 WIB. Lalu tiba di Bandara Henri Coanda, Rumania, pada Rabu (2/3) pukul 15.10 waktu setempat. Lima jam berselang, pesawat yang membawa rombongan yang dievakuasi take off menuju Jakarta dengan rute Bukares–Madinah–Jakarta. Perjalanan ditempuh dalam waktu 17 jam.
Retno menyebutkan, tak semua evacuee ikut pulang dalam rombongan pertama tersebut. Ada 14 orang evacuee yang masih harus tinggal di Bukares, Rumania. Sebab, 12 orang terdeteksi positif Covid-19. Dua lainnya memilih tinggal menemani anak mereka yang positif.
Sumber: jawapos