Semrawutnya Kebijakan Minyak Goreng Bikin Pabrik Setop Produksi -->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Semrawutnya Kebijakan Minyak Goreng Bikin Pabrik Setop Produksi

Senin, 14 Maret 2022 | Maret 14, 2022 WIB | 0 Views Last Updated 2022-03-14T01:38:07Z

Wanheart News

WANHEARTNEWS.COM - Minyak goreng masih menjadi masalah yang tidak kunjung selesai. Kebijakan pengendalian harga dan pasokan minyak goreng dinilai masih semrawut.

Pasalnya, kebijakan kewajiban pasok dalam negeri atau homegrown market commitment (DMO) yang dibarengi dengan penetapan harga atau homegrown cost commitment (DPO) minyak sawit dinilai keliru. Kebijakan ini membuat pengusaha jengkel.

Direktur HRD and Legal PT Sumi Asih Markus Susanto mengatakan pabriknya yang bergerak di bidang oleokimia setop produksi karena aturan DMO dan DPO minyak sawit. Markus mengatakan, pabriknya yang berlokasi di Tambun, Bekasi, Jawa Barat ini telah merumahkan 350 karyawannya.

"Rinciannya, 300 karyawan yang bekerja di pabrik dan 50 karyawan di kantor pusat. Mereka sudah tiga minggu kami rumahkan. Karena dirumahkan, mereka lakukan demo," katanya kepada detikcom, Minggu (13/3/2022).

Dikatakan Markus, selain pabriknya, dikabarkan ada lima pabrik lain yang dikabarkan bernasib sama, sehingga absolute ada enam pabrik yang setop produksi.

"Lima itu perusahaan pabrik minyak goreng. Kalau oleokimia itu Sumi Asih. Sempat dapat informasi juga PT Indo Sultan (Jaya) yang memproduksi sabun, tapi itu perlu konfirmasi lebih, masih jalan atau tidak," katanya.

Dia memprediksi ke depannya makin banyak perusahaan yang tutup akibat dari DMO dan DPO. Apalagi DMO dinaikkan dari 20% ke 30%.

"Saya yakin ini kalau dibiarkan satu bulan lagi saja, apalagi mau puasa dan lebaran akan ada perusahaan lain yang menyusul, akan ada PHK massal," ujarnya.

Dari perusahaan-perusahaan yang tutup itu, menurut Markus, akan menimbulkan efek domino yang negatif. Sebagai contoh, dengan tidak produksinya Sumi Asih, misalnya, dapat mengganggu perusahaan lain yang bekerja sama dengan Sumi Asih.

Markus mengungkapkan, lantaran sudah tiga pekan tidak berproduksi, pihaknya juga tidak bisa melakukan ekspor. "Kita sebagai bangsa Indonesia benar-benar malu, kredibilitas kita sudah hancur di dunia internasional. Saya tidak bisa ekspor sudah sebulan ini. Purchaser saya di China, Filipina dan di Eropa mau gugat di arbitrase," katanya.

detik/

×
Berita Terbaru Update
close