WANHEARTNEWS.COM - Amerika Serikat (AS) telah membantah keras klaim Rusia bahwa Washington mengoperasikan sejumlah laboratorium senjata biologis di Ukraina.
Sebaliknya, Washington memperingatkan bahwa Moskow justru mungkin berusaha menggunakan senjata kimia atau biologi selama invansi yang sedang dilakukannya di Ukraina.
Penolakan AS itu disampaikan pada Rabu (9/3), atau hanya beberapa jam usai Moskow memperbarui tuduhannya bahwa Washington bekerja dengan Kyiv untuk mengembangkan senjata biologis di sekitar perbatasan Ukraina-Rusia.
Bantahan soal lab senjata biologis juga telah diulas panjang lebar dalam serangkaian postingan Twitter oleh Sekretaris Pers Gedung Putih, Jen Psaki. Dalam pernyataannya itu, Psaki menyebut klaim Rusia 'tidak masuk akal', menambahkan bahwa Moskowlah 'yang memiliki rekam jejak panjang dan terdokumentasi dengan baik dalam penggunaan senjata kimia'.
"Ini termasuk usaha pembunuhan dan peracunan musuh politik Presiden Rusia Vladimir Putin, seperti pemimpin oposisi Rusia, Alexei Navalny.
"Sekarang Rusia telah membuat klaim ini. Kita semua harus waspada terhadap kemungkinan Rusia menggunakan senjata kimia atau biologi di Ukraina, atau untuk membuat operasi bendera palsu dengan menggunakan senjata-senjata itu," katanya.
We took note of Russia’s false claims about alleged U.S. biological weapons labs and chemical weapons development in Ukraine. We’ve also seen Chinese officials echo these conspiracy theories.
— Jen Psaki (@PressSec) March 9, 2022
Departemen Luar Negeri AS dan Pentagon juga telah mengecam klaim Rusia tersebut.
Ned Price, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, mengatakan bahwa klaim dibuat Moskow untuk 'dalih palsu' pembenaran invansi mereka ke Ukraina.
"Rusia telah menciptakan dalih palsu dalam upaya untuk membenarkan tindakan mengerikannya sendiri di Ukraina'.
"Washington sepenuhnya mematuhi kewajibannya di bawah Konvensi Senjata Kimia dan Konvensi Senjata Biologis, dan tidak mengembangkan atau memiliki senjata semacam itu di mana pun," ungkapnya.
Sementara itu, juru bicara Pentagon, John Kirby, menyebut tuduhan Rusia 'tidak masuk akal', 'menggelikan', dan 'omong kosong'.
"Tidak ada apa-apa. Ini adalah propaganda klasik Rusia," katanya kepada wartawan.
Menyusul itu, para pejabat AS mengatakan bahwa China telah 'menggemakan teori konspirasi' Moskow tersebut.
Rusia klaim Ukraina telah menghapus bukti'
Ukraina juga telah menolak klaim Rusia, dengan juru bicara Presiden Volodymyr Zelenskky mengatakan Kyiv 'dengan tegas menyangkal tuduhan semacam itu'.
Belum ada tanggapan langsung dari Moskow.
Sebelumnya pada hari Rabu (9/3), juru bicara kementerian luar negeri Rusia telah meminta Washington untuk mengungkapkan informasi tentang apa yang disebutnya kegiatan ilegal di Ukraina.
Maria Zakharova mengatakan Rusia memiliki dokumen yang menunjukkan kementerian kesehatan Ukraina telah memerintahkan penghancuran sampel wabah, kolera, antraks, dan patogen lainnya, Ini dilakukannya sebelum 24 Februari, ketika pasukan Rusia pindah ke Ukraina, klaim Zakharova.
Zakharova menambahkan dokumen yang digali oleh pasukan Rusia di Ukraina menunjukkan 'upaya darurat untuk menghapus bukti program biologis militer' yang katanya dibiayai oleh Pentagon.
"Dapat disimpulkan bahwa komponen senjata biologis sedang dikembangkan di biolab Ukraina yang terletak di sekitar perbatasan kami. Pemusnahan darurat patogen berbahaya itu terjadi pada 24 Februari. Itu adalah langkah penting yang bertujuan untuk menyembunyikan fakta bahwa Ukraina dan AS telah melanggar Pasal 1 Konvensi Senjata Biologi dan Racun," ucapn Zakharova.
Zakharova sendiri tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang dokumen tersebut.
Sementara itu Kementerian Luar Negeri China pada Selasa (8/3) mengklaim bahwa 'AS memiliki 336 laboratorium di 30 negara di bawah kendalinya'. Ini termasuk 26 di Ukraina," kata kementerian tersebut.
Beijing juga meminta AS untuk 'memberikan laporan lengkap tentang kegiatan militer biologisnya di dalam dan luar negeri dan tunduk pada verifikasi multilateral'.
Chinese Foreign Ministry: "The US has 336 labs in 30 countries under its control, including 26 in Ukraine alone. It should give a full account of its biological military activities at home and abroad and subject itself to multilateral verification."pic.twitter.com/SP4lBq83Um
— 曹 毅 CAO Yi أبو وسيم (@CaoYi_MFA) March 8, 2022
PBB ikut buka suara
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga telah buka suara soal klaim Rusia atas laboratorium senjata biologis di Ukraina. Ketika ditanya soal masalah ini, juru bicara badan global itu mengatakan bahwa PBB 'tidak memiliki informasi untuk mengkonfirmasi laporan tentang laboratorium semacam itu'.
"Rekan-rekan kami di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang telah bekerja dengan Pemerintah Ukraina mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui adanya kegiatan apa pun dari pihak Pemerintah Ukraina, yang tidak konsisten dengan kewajiban perjanjian internasionalnya, termasuk senjata kimia atau senjata biologis," kata juru bicara PBB, Stephane Dujarric.
Ukraina sebelumnya mengatakan, seperti banyak negara lain, memiliki laboratorium kesehatan masyarakat yang meneliti bagaimana mengurangi ancaman penyakit berbahaya yang mempengaruhi hewan dan manusia.
Laboratorium-laboratorium tersebut telah menerima dukungan dari AS, Uni Eropa dan WHO. Program Pengurangan Ancaman Biologis Pentagon juga telah bekerja dengan pemerintah Ukraina untuk memastikan keamanan patogen dan racun yang disimpan di laboratorium.
Kesaksian serupa juga disampaikan oleh seorang mantan pejabat AS, yang akrab dengan kerja sama antara Kyiv dan Washington. Berbicara kepada Reuters pada Rabu, sumber ini mengatakan bahwa AS memang telah membantu mengubah beberapa laboratorium Ukraina yang telah terlibat dalam program senjata biologis bekas Uni Soviet. Namun, menurut keterangannya, laboratorium-laboratorium ini kemudian diubah menjadi fasilitas kesehatan masyarakat.
Secara terpisah pada hari Selasa, Victoria Nuland, Wakil Menteri Luar Negeri untuk Urusan Politik AS, mengatakan bahwa Ukraina memiliki fasilitas penelitian biologis. Dengan kata lain, ini bukan tentang laboratorium pengembangan senjata biologis. Di hadapan kongres, Nuland pun mengaku 'cukup khawatir bahwa pasukan Rusia mungkin berusaha untuk menguasai laboratorium penelitian tersebut'.
"Jadi kami bekerja dengan Ukraina tentang bagaimana mereka dapat mencegah bahan penelitian itu jatuh ke tangan pasukan Rusia,” tambahnya.
Sumber: akurat