WANHEARTNEWS.COM - Demi menyalurkan aspirasi dan pendapat, masyarakat di berbagai negara umumnya melakukan demonstrasi.
Bahkan, jika ada keputusan atau peristiwa yang bertentangan dengan perikemanusiaan, masyarakat akan melakukan aksi protes.
Seperti yang terjadi di Amerika Serikat (AS) terkait isu rasisme. Berikut adalah 4 demonstrasi terbesar yang terjadi di dunia.
1. Protes Petani India
Sebanyak 250 juta petani di India melakukan aksi protes pada 26 November 2020.
Melansir Al Jazeera, para petani tersebut juga mogok makan, di samping melayangkan protes.
Peristiwa yang berlangsung selama 24 jam itu terjadi karena petani menuntut pemerintah untuk mencabut 3 undang-undang yang dipandang akan merugikan kaum petani.
Sejak 4 bulan belakangan, para petani memblokir jalan raya di sekitar New Delhi, India.
Selama melakukan aksi protes, petani yang turun ke jalan juga terlibat bentrok dengan aparat berwajib. Akibatnya, 1 orang dikabarkan tewas dan ratusan lainnya mengalami luka.
2. Black Lives Matter, Amerika Serikat
Isu rasisme masih mencuat di AS hingga kini. Puncaknya, ketika salah seorang warga kulit hitam AS, George Floyd mengalami penyiksaan hingga tewas oleh anggota polisi AS berkulit putih pada Mei 2020.
Setelahnya, gelombang protes yang disuarakan oleh masyarakat AS mulai masif terjadi di negara itu. Mengutip Live Science, protes dilakukan di 75 kota besar dan kecil yang tersebar di seluruh penjuru AS.
The New York Times menyebut, jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam aksi tersebut berkisar antara 15 sampai 26 juta orang.
Angka ini menjadikan protes Black Lives Matter, menyusul kematian Floyd itu, menjadi aksi demonstrasi dan protes terbesar dalam sejarah AS.
3. Woman’s March 2017
Demonstrasi besar-besaran, Woman’s March 2017, yang terjadi pada 21 Januari 2017 ini dilakukan di hampir semua negara di dunia. Namun, pusat kegiatannya berada di Washington DC.
Di AS sendiri, diperkirakan ada 4,6 juta demonstran yang bergabung.
Kegiatan ini dilakukan demi mendukung adanya kesetaraan gender, hak-hak masyarakat sipil, dan isu lain yang dikhawatirkan terancam di bawah kepemimpinan Donald Trump.
Mengutip Britannica, ide atau gagasan Woman’s March muncul saat Donald Trump memenangkan pemilihan Presiden dan mengalahkan Hillary Clinton.
Selama kampanye, Trump banyak menyampaikan pandangan politik yang konservatif dan komentar-komentarnya yang cukup menghasut. Terutama, terhadap kaum wanita.
Sehari setelah kemenangan Trump, seorang perempuan bernama Teresa Hook memberikan ide untuk melakukan demonstrasi dan pawai di Washington DC.
Tak butuh waktu lama, ide itu direspon baik oleh masyarakat dan berbagai lembaga di AS.
4. Protes Perang Anti Irak
Protes terhadap Perang Irak diadakan masif di seluruh dunia pada 2003.
Demonstrasi ini dilakukan untuk menentang perang dan rata-rata disuarakan oleh lembaga anti perang.
Para demonstran menolak langkah Presiden AS George W. Bush untuk melakukan penyerangan terhadap Irak.
Di Roma, Italia, misalnya, jumlah demonstran yang turun ke jalan diperkirakan mencapai 3 juta orang. Belum lagi ditambah demonstran di 600 kota lain di seluruh dunia. oke