Namun, Ade Armando mengaku tidak ikut dalam aksi demonstrasi bersama mahasiswa tersebut, tetapi memberikan dukungan secara moril.
"Saya salah satu pihak yang menolak perpanjangan masa jabatan presiden dan penundaan pemilu," kata Ade Armando di depan Gedung Parlemen, Senin.
Pria kelahiran 24 September 1961 itu lantas membeberkan alasannya menolak masa perpanjangan jabatan presiden dan penundaan pemilu.
Menurut Ade, jika itu terjadi artinya perlu adanya amandemen UUD 1945 yang bakal memakan waktu lama.
Karena itu, demo mahasiswa pada hari ini harus menjadi pesan penting bagi partai politik yang mendukung penundaan Pemilu 2024 agar membatalkan wacana tersebut.
"Mendingan pesan langsung sampai ke partai politik, pihak-pihak yang berusaha menginginkan adanya amandemen," ujar Ade.
Dia menilai penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden tidak etis jika direalisasikan.
Terlebih, sejauh ini pemerintah, KPU, dan DPR telah menyepakati hari pemungutan suara pada 14 Februari 2024.
Ade mengatakan demonstrasi mahasiswa pada hari ini harus menjadi pesan penting bagi partai politik yang mendukung penundaan Pemilu 2024.
Dia yakin gelombang penolakan akan semakin besar apabila wacana tidak dihentikan.
"Sekarang aja liat udah ramai. Padahal ini udah 2022. Kalau harus diubah, amandemen, kan artinya butuh waktu lagi, akan meningkat eskalasinya," katanya.
Koordinator Media Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) Lutfi Yufrizal menyebutkan pihaknya memindahkan lokasi unjuk rasa ke depan gedung DPR.
"Iya betul sekali. Kami ke DPR," kata Lutfi saat dikonfirmasi wartawan, Minggu (10/4) malam.
Dia menyebutkan hal itu dilakukan lantaran ingin memastikan konstitusi yang ada berjalan dan mengawal undang-undang.
"Maka dari itu kami akan mengawal UU dan memastikan DPR melaksanakan konstitusi dengan baik sesuai dengan yang sudah ada," pungkas Lutfi. jpnn