WANHEARTNEWS.COM - Ilmuwan Institut Pertanian Bogor (IPB), Desi Suyamto menyanyangkan rasa kemanusiaan yang akhir-akhir ini terjadi di tengah masyarakat Indonesia.
Melihat dari kasus penganiayaan yang dialami Ade Armando, Desi Suyamto mengatakan bahwa rasa kemanusiaan itu sudah sangat bias.
“Terkait pengeroyokan itu, menurut saya, definisi rasa kemanusiaan itu sudah sangat bias akibat adanya ingroup favoritism dan outgroup derogation,” tulis Desi Suyamto seperti dilansir Hops.ID dari laman disway.id pada hari Selasa, 19 April 2022.
Desi melihat ke belakang tentang tragedi penembakan terhadap beberapa warga sipil Front Pembela Islam (FPI) yang sempat terjadi pada tahun 2021 di KM50.
“Abah Dahlan Iskan. Di saat banyak yang sedang berkabung atas terjadinya krisis kemanusiaan di negeri ini, di mana 6 warga sipil tewas ditembak aparat di KM 50,” tulisnya lagi.
Desi Suyamto menyoroti reaksi dari para simpatisan Ade Armando waktu itu yang malah menunjukkan kebahagiaannya atas tragedi tersebut.
“Para teman sepermainan Ade Armando malah merayakannya dalam euforia, bersuka-cita menari-nari di atas mayat saudara sebangsanya sendiri,”
“Seolah-olah para korban yang telah gugur dalam tragedi itu adalah para pembunuh keji berdarah dingin yang pernah menghabisi anggota keluarga mereka di jalanan,” catat Desi.
Tindakan yang dilakukan kelompok Ade Armando dengan mengirimkan karangan bunga suka cita dinilai Desi sebagai runtuhnya empati.
“Hey Abah! Teman sepermainan Ade Armando: Denny Setiawan, bahkan sampai mengirimkan bunga suka cita atas tewasnya anak-anak muda di KM50 itu! Tak ada lagi rasa empati sama sekali," catat Desi Suyamto untuk Dahlan Iskan.
Di sisi lain, Desi juga menyayangkan rasa empati itu hanya diberikan kepada segelintir kelompok saja tanpa memedulikan yang lainnya.
“Sementara itu, ketika Ade Armando babak belur, tiba-tiba panggilan akan pentingnya rasa kemanusiaan itu muncul.”
“Hey! Kemanusiaan itu universal dan berkeadilan. Empati itu tak seharusnya hanya berlaku untuk kelompok sendiri, tapi tak berlaku untuk kelompok lain,” ujar Desi.
Lebih lanjut lagi, menurut Desi Suyamto ini menjadi sebuah kondisi yang sama-sama berbahaya dengan Islamofobia dan rasisme lainnya.
“Penyakit ingroup favoritism dan outgroup derogation ini sama bahayanya dengan penyakit Islamofobia dan penyakit rasialisme lainnya,” Pungkas Desi Suyamto.
Dahlan Iskan juga menambahkan dalam catatanya bahwa ia berharap peradaban bangsa ini tidak kolaps seperti Anasazi.***
Sumber: hops