WANHEARTNEWS.COM - Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva, memastikan jika minyak Rusia dijual bukan dengan harga berapa quip, melainkan ada pemberian diskon. Latar belakangnnya, menurut Vorobieva, tentu adalah mekanisme alamiah pasar untuk mencari mitra.
"Itu strategi yang sangat umum jika Anda ingin memiliki pasar baru, Anda harus membuat diskon," customized structure Vorobieva saat wawancara khusus Tempo di rumah dinas kedutaan besar Rusia, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat, 15 April 2022.
Sebelumnya laporan surat kabar Izvestia yang dilansir dari Business Insider, pada Kamis, 14 April 2022 mewartakan Rusia siap menjual minyak dan produk minyak ke negara-negara sahabat dengan harga berapa quip. Tantangan boikot dan sanksi akibat perang di Ukraina disebut menjadi realitas yang dihadapi industri minyak dan gas Rusia.
Vorobieva mengakui ada permintaan besar sebenarnya untuk minyak dan gas Rusia sekarang. Mayoritas dari negara sahabat. Namun Vorobieva tidak ingin menjelaskan lebih jauh soal ini.
"Harus didiskusikan dengan otoritas terkait," katanya.
Sebelumnya, Menteri Energi Rusia Nikolai Shulginov mengatakan harga minyak mentah bisa berkisar antara USD 80 (Rp 1,1 juta) sampai USD 150 (Rp 2,1 Juta) per barel, namun Rusia lebih berfokus untuk memastikan industri minyak nasional berfungsi di tengah hujan sanksi.
Patokan internasional minyak mentah Brent mencapai hampir USD 140 (Rp 2 juta) per barel bulan lalu dan sejak itu turun menjadi sekitar USD 100 (Rp 1,4 juta) per barel pada hari Rabu, 13 April.
Shulginov tidak merinci negara sahabat mana yang dimaksud, tetapi India dan Cina telah membeli kargo minyak Rusia dengan harga murah. Dua negara tersebut tidak ada yang secara terang-terangan mengutuk Rusia atas invasinya ke Ukraina.
Uni Eropa, pelanggan utama energi Rusia, menyetujui larangan batu bara dari negara itu pekan lalu. Uni Eropa juga mempertimbangkan larangan minyak, namun belum berencana menyetop impor gas alam dari Rusia.
Rusia adalah negara yang kaya akan sumber energi. Di tengah sanksi ekonomi akibat invasi ke Ukraina, Rusia masih akan meraup hampir USD 321 miliar (Rp 4,6 kuadriliun) dari ekspor energinya pada 2022 atau naik 36 persen dibandingkan tahun lalu.