WANHEARTNEWS.COM - Awal bulan Ramadhan 1443 H dipenuhi huru-hara tentang wacana penundaan Pemilu 2024 dan perpanjangan masa jabatan presiden. Bahkan Presiden Joko Widodo telah memarahi menteri yang aktif berwacana soal hal tersebut.
Fenomena ini turut menyita perhatian pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Denny JA. Menurutnya awal puasa ini ada dua godaan kekuasaan yang besar.
Pertama manuver tentang perpanjangan kekuasaan. Caranya melalui berwacana tentan penundaan pemilu dan dukungan untuk presiden menjabat hingga 3 periode.
Kedua adalah manuver perlawanan. Tujuannya untuk memendekkan kekuasaan Presiden Joko Widodo. Cara mereka adalah dengan mengumandangkan tanda pagar (tagar) #TurunkanJokowi di media sosial.
“Ternyata godaan paling seksi di bulan puasa kali ini justru soal kekuasaan,” ujarnya kepada wartawan, Minggu (10/4).
Di bulan yang suci ini, Denny JA mengajak semua elemen masyarakat untuk tetap bersikap lurus dan suci.
Untuk soal kekuasaan, bersikap lurus bisa dilakukan dengan setia pada prinsip demokrasi agar terkonsolidasi.
Ada 2 cara agar demokrasi di Indonesia terkonsolidasi. Pertama, kekuasaan atau jabatan presiden harus dijaga agar hanya berganti melalui pemilu, tidak melalui di luar pemilu.
Kedua, pemilu jangan pernah ditunda dan tidak pula diubah menjadi 3 periode presiden.
“Kekuasaan harus dikontrol oleh pemilu yang reguler dan waktu yang dibatasi 2 periode saja,” sambung Denny JA.
“Jadi mari kita menahan diri dari dua godaan itu (memanjangkan atau memendekkan kekuasaan Jokowi),” tutupnya.
Sumber: rmol