WANHEARTNEWS.COM - Aktivitas gunung Anak Krakatau terus menggeliat, sejak awal April 2022.
Erupsi terakhir tercatat pada Minggu (24/4/2022) pada pukul 20.20 WIB.
Berdasarkan information yang dikutip dari Badan Geologi tinggi kolom abu vulkanik tercatat 3.000 meter di atas puncak.
Erupsi 2 hari belakangan ini memunculkan kilauan magma yang terekam jelas dalam CCTV milik Badan Geologi.
Imbasnya status gunung yang berada di wilayah Selat Sunda tersebut dinaikkan statusnya menjadi Siaga pseudonym level III.
"Gunung Anak Krakatau Minggu (24/4/2022) level III (siaga)," tulis Badan Geologi di situs resminya, Minggu (24/4/2022) malam.
Baca juga: Ledakan Hebat Tewaskan Warga Disangka Letusan Anak Krakatau Terdengar hingga 10 km, Ini Kronologinya
Dalam laporan Badan Geologi dicatat bahwa aktivitas Gunung Anak Krakatu terus mengeluarkan suara gemuruh dan terdengar dari pos pantau Pasauran.
Masyarakat atau wisatawan dilarang melakukan aktivitas sweep 5 kilometer dari Gunung Anak Krakatau.
Catatan Badan Geologi, Gunung Anak Krakatau yang aktivitasnya menggeliat sejak awal April 2022 sudah mengeluarkan material jenis sulfur dioksida sebanyak 9.219 ton.
Pada tanggal 14 April 2022 tercatat gunung Anak Krakatau mengeluarkan emisi sebanyak 28,4 ton sulfur dioksida per hari.
Kemudian pada tanggal 15 April 2022 naik menjadi 68,4 ton sulfur dioksida per hari.
Selanjutnya tanggal 17 April 2022 menjadi 181,1 ton sulfur dioksida per hari.
Puncaknya terjadi pada tanggal 23 April 2022 mencapai 9.219 ton sulfur dioksida per hari.
"Pantauan SO2 dari magma ini berkorelasi dengan peningkatan aktivitas erupsi Guning Anak Krakatau saat ini.Peningkatan SO2 yang signifikan mengindikasikan adanya suplai magma baru dan adanya material magmatik yang keluar ke permukaan berupa lontaran material pijar yang diikuti oleh aliran magma," tulis keterangan Badan Geologi di situs resminya, Minggu (24/4/2022) malam.
Dilihat dari jumlah emisi sulfur dioksida yang kecendrungannya terus mengalami peningkatan belum ada tanda aktivitas Gunung Anak Krakatau turun.
"Dari pantauan emisi ada kecendrungan aktivitas Gunung Anak Krakatau terus meningkat. Belum menunjukkan adanya penurunan aktivitas vulkanik," tulis Badan Geologi.