WANHEARTNEWS.COM - Ilmuwan Institut Pertanian Bogor (IPB), Desi Suyamto baru-baru ini mengirimkan sebuah tulisan kepada Dahlan Iskan. Isinya tentang rekam jejak prestasi yang dimiliki Ade Armando selama menjabat sebagai dosen Ilmu Komunikasi di Universitas Indonesia (UI).
Dalam tulisannya tersebut, Desi Suyamto menyebutkan bahwa seharusnya sosok Ade Armando yang berprofesi sebagai dosen mendapatkan penilaian tersendiri di wilayah akademik daripada melihat sisi popularitasnya.
Menurutnya hal tersebut bisa dilihat dari karya ilmiah Ade Armando skala nasional yang terbit berdasarkan SINTA INDEX masih bernilai rendah di kalangan dosen UI.
Desi Suyamto (disway.id) |
“Di antara sesama dosen di dalam Kampus UI, capaian publikasi Ade Armando berdasarkan SINTA INDEX hanya menduduki peringkat ke-1500 lebih!”, tulis Desi seperti dilansir Hops.ID dari laman disway.id pada Selasa, 19 April 2022.
Terlebih lagi, untuk skala nasional peringkat karya ilmiah Ade cukup memprihatinkan.
“Di antara seluruh dosen di Indonesia, capaian publikasi Ade Armando berdasarkan SINTA INDEX lebih buruk lagi, hanya menduduki peringkat ke-53.000 lebih!,” tambah Desi.
Desi Suyatmo juga mengajak untuk melihat peringkat karya Ade Armando di level internasional dalam jurnal SCOPUS INDEX.
Capaian karya ilmiah Ade tidak lebih unggul jika dibandingkan dengan karya ilmiah dari seorang mahasiswa pascasarjana yang baru lulus dari perkuliahannya.
“Usia Ade Armando sudah 60 tahun, menjadi dosen di UI sejak tahun 1990. Berarti Ade Armando telah menjadi dosen di UI selama umur rezim Orde Baru. Tapi capaian publikasi ilmiah internasionalnya masih kalah dengan seorang mahasiswa pascasarjana yang baru lulus!,” tulis Desi.
Melihat fenomena seorang dosen yang demikian, Desi semakin bingung dengan posisi Ade Armando selama ini. Di mana perjalanan Ade sebagai dosen sudah cukup lama yakni 32 tahun.
“Ke mana saja Ade Armando selama ini? Sibuk berpolitik? Jadi, Ade Armando itu memilih jalan hidup sebagai akademisi atau sebagai politisi?"
“Jika Ade Armando memang merupakan sosok akademisi kredibel kaliber internasional, dengan lama kariernya sebagai dosen sudah 32 tahun, capaian H-INDEX SCOPUS-nya ya seharusnya minimal telah mencapai nilai lebih dari 10,” tambah Desi Suyatmo.
Menurut fakta yang didapatkan Desi, seharusnya dosen dengan usia seperti itu sudah bisa mencapai H-INDEX SCOPUS-nya dengan nilai minimal 20 seperti di negara-negara maju.
Seorang akademisi akan dinilai serius menjalankan profesinya dengan menunjukkan karya ilmiah yang dimilikinya.
Hal apa yang akan disuguhkan seorang dosen kepada mahasiswanya jika gagasan-gasan ilmiah yang kredibel, berkualitas dan inovatif tidak dimilikinya.
Mungkin bisa saja mengambil pemikiran dari sebuah karya ilmiah orang lain, namun menurut Desi Suyamto hal tersebut tidak mencerminkan docere, delectare, movere dalam mengajar ‘tak ing ngarso sung tuladha’.***
Sumber: hops