Jadi Negara Bangkrut, Presiden Sri Lanka Akui Salah Kelola Perekonomian Negaranya -->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Jadi Negara Bangkrut, Presiden Sri Lanka Akui Salah Kelola Perekonomian Negaranya

Selasa, 19 April 2022 | April 19, 2022 WIB | 0 Views Last Updated 2022-04-19T15:49:11Z

WANHEARTNEWS.COM - Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa mengakui membuat kesalahan yang menyebabkan krisis ekonomi terburuk negara itu.

Seperti dilaporkan Associated Press, Selasa (19/4/2022), dia berjanji untuk kembali memperbaiki negara itu.

Presiden Gotabaya Rajapaksa membuat pengakuan tentang kesalahannya itu saat berbicara dengan 17 menteri kabinet yang baru ia tunjuk  Senin lalu.

Perombakan kabinet dilakukan untuk menyelesaikan krisis politik akibat dari keadaan ekonomi yang mengerikan di negara itu.

Sri Lanka kabarnya telah menjadi negara bangkrut dengan hampir 7 miliar dollar AS dari total 25 miliar dollar AS utang luar negerinya jatuh tempo dan harus dibayarkan tahun ini.

Kekurangan devisa yang parah berarti negara tersebut kekurangan uang untuk membeli barang-barang impor.

Rakyat Sri Lanka berbulan-bulan mengalami kekurangan kebutuhan pokok seperti makanan, gas untuk memasak, bahan bakar dan obat-obatan, serta harus mengantre berjam-jam untuk membeli kebutuhan yang tersedia sangat terbatas.

“Selama dua setengah tahun terakhir kami menghadapi tantangan besar. Pandemi Covid-19, beban utang, dan beberapa kesalahan di pihak kami,” kata Rajapaksa.

“Masalah-masalah itu perlu diperbaiki. Kita harus memperbaikinya dan bergerak maju. Kita perlu mendapatkan kembali kepercayaan rakyat.”

Dia mengatakan pemerintah seharusnya mendekati Dana Moneter Internasional IMF sejak awal untuk bantuan dalam menghadapi krisis utang yang akan datang dan seharusnya tidak melarang penggunaan pupuk kimia dalam membuat pertanian Sri Lanka yang sepenuhnya organik.

Para kritikus mengatakan sebenarnya larangan pupuk impor ditujukan untuk mencegah penurunan devisa negara dan merugikan petani.

Pemerintah juga disalahkan karena mengambil pinjaman besar untuk proyek infrastruktur yang tidak menghasilkan uang.

“Saat ini, orang-orang berada di bawah tekanan besar karena krisis ekonomi ini. Saya sangat menyesali situasi ini," kata Rajapaksa, seraya menambahkan wajar perasaan sakit hati, ketidaknyamanan, dan kemarahan yang ditunjukkan oleh orang-orang yang terpaksa menunggu dalam antrean panjang untuk mendapatkan barang-barang penting dengan harga tinggi.

Penunjukan Kabinet itu terjadi menyusul protes selama berminggu-minggu atas kekurangan bahan bakar dan makanan, serta tuntutan agar Rajapaksa, keluarganya yang kuat secara politik dan pemerintahnya mengundurkan diri.

Banyak kemarahan publik diarahkan pada Rajapaksa dan kakak laki-lakinya, Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa.

Mereka menjadi bos klan berpengaruh yang memegang kekuasaan selama sebagian besar dari dua dekade terakhir.

Ribuan pengunjuk rasa menduduki pintu masuk kantor presiden di hari ke-10 pada hari Senin.

Presiden dan perdana menteri tetap menjabat, tetapi beberapa kerabat lainnya kehilangan kursi Kabinet mereka dalam apa yang dilihat sebagai upaya untuk menenangkan para pengunjuk rasa tanpa melepaskan kekuasaan keluarga.

Banyak politisi senior dan mereka yang menghadapi tuduhan korupsi dikeluarkan dari Kabinet baru sejalan dengan seruan untuk pemerintahan yang lebih muda, meskipun menteri keuangan dan luar negeri mempertahankan posisi mereka untuk membantu pemulihan ekonomi.

Sebagian besar Kabinet mengundurkan diri pada 3 April setelah protes meletus di seluruh negeri dan demonstran menyerbu serta merusak rumah beberapa menteri Kabinet.

Partai-partai oposisi menolak tawaran Presiden Rajapaksa untuk membentuk pemerintahan persatuan dengan dia dan saudaranya tetap berkuasa.

Partai-partai oposisi juga gagal mendapatkan mayoritas parlemen.

Pekan lalu, pemerintah mengatakan sedang menangguhkan pembayaran pinjaman luar negeri sambil menunggu pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional.

Menteri Keuangan Ali Sabry dan para pejabat berangkat untuk melakukan pembicaraan dengan IMF pada hari Minggu. IMF dan Bank Dunia mengadakan pertemuan tahunan di Washington minggu ini.

Sri Lanka juga beralih ke China dan India untuk pinjaman darurat untuk membeli makanan dan bahan bakar.

Sumber: tribunnews
×
Berita Terbaru Update
close