WANHEARTNEWS.COM - Sebelumnya sekutu Ukraina, Amerika Serikat berhasil menjatuhkan nilai Mata uang Rusia melalui sanksi ekonomi.
Namun tak hanya Mata uang Rubel, ternyata kini Dolla AS quip terancam akan mengalami keruntuhan.
Hal itu disampaikan oleh perusahaan bank investasi dan jasa keuangan multinasional asal Amerika Serikat (AS), Goldman Sachs.
Perusahan itu mengatakan bahwa Dollar AS akan menghadapi beberapa tantangan, sama seperti yang dihadapi Poundsterling Inggris di awal 1900-an.
Berbagai sanksi yang dijatuhkan Amerika Serikat dan sekutunya terhadap Rusia bisa terus memukul balik negara-negara itu.
Selain krisis energi yang dialami Eropa, pukulan balik itu berupa tergerusnya dominasi dollar AS dalam transaksi internasional.
China, Rusia, dan sejumlah negara lain akan memilih mata uang sendiri dalam perdagangan di antara mereka.
Ada 41 negara menyepakati penggunaan yuan sebagai alat pembayaran transaksi. Nilainya setara 550 miliar dollar AS.
Indonesia mengurangi 2,53 miliar dollar AS dari cadangan devisa 2020. Indonesia memilih menambah cadangan devisa dalam mata uang lain.
Sanksi pada Rusia semakin menyadarkan banyak negara pada bahaya menyimpan aset di bank-bank AS dan sekutunya.